Saat ini di Gaza, hanya 12 dari 36 rumah sakit tidak dapat berfungsi penuh. Hal itu akibat terkena serangan selama terjadi perang antara pasukan Israel dan pasukan Hamas di daerah itu.
Juru bicara WHO Christian Lindmeier kepada wartawan di Jenewa, Swiss mengatakan enam di selatan dan enam di utara. Tetapi 23 rumah sakit tidak berfungsi sama sekali.
Dia mengemukakan 15 tim medis darurat tambahan juga telah dikerahkan di selatan Gaza dengan empat rumah sakit lapangan. Semuanya menawarkan kapasitas gabungan 305 tempat tidur, lanjut Lindmeier.
“Ini merupakan kantong bantuan yang penting, namun tentu saja akan lebih penting jika sistem kesehatan Gaza kembali berfungsi dengan baik dan mendapatkan semua petugas kesehatan,” jelasnya.
Mengalahkan Rintangan
Pada hari Sabtu pekan lalu, misi bantuan PBB ke Al Amal berhasil mengirimkan pasokan medis, obat-obatan dan antibiotik yang sangat dibutuhkan, serta sejumlah makanan, air dan bahan bakar untuk generator.
“Para petugas kesehatan mengonfirmasi bahwa mereka dapat keluar dari gedung rumah sakit di dalam kompleks pada hari Sabtu setelah sebulan berada di dalam,” lapor WHO.
“Mereka takut akan nyawa mereka, karena terjadi pertempuran di sekitar area tersebut dan rumah sakit telah diserang berkali-kali,” sambung WHO.
Sebelum perang, rumah sakit ini memiliki 100 tempat tidur dan berfokus pada kesehatan ibu dan anak dengan kapasitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar bedah dan penyakit dalam, serta layanan rehabilitasi khusus.
Namun, kerusakan akibat pengeboman di lantai tiga menurunkan kapasitasnya menjadi sekitar 60 tempat tidur.
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Addinda Zen
​