Home » Afganistan Contoh Regresi Paling Ekstrem Untuk Hak-Hak Wanita

Afganistan Contoh Regresi Paling Ekstrem Untuk Hak-Hak Wanita

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Direktur Eksekutif UN Women Sima Bahous

ESENSI.TV - JAKARTA

Direktur Eksekutif UN Women (entitas PBB untuk kesetaraan gender) Sima Bahous mengatakan dunia membutuhkan perubahan lebih radikal untuk mencapai kesetaraan gender bagi hak-hak wanita.

Dia menilai Hari Perempuan International (International Woman Day/IWD) tahun 2023 tidak layak disebut dengan hari perayaan, melainkan sebuah peringatan.

“Kami memperingatkan bahwa efek mengabaikan komitmen terhadap perempuan berpotensi terjadi lintas generasi,” ujarnya dalam Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB bertajuk Wanita, Perdamaian dan Keamanan: Menuju Peringatan 25 Tahun 1325”, di New York, AS, Selasa (7/3/2023) malam waktu setempat untuk peringatan Hari Perempuan Internasional.

Dia mengatakan masih banyak perempuan di dunia dalam kondisi memprihatinkan saat ini. Cotohnya, para wanita Afghanistan yang hak-haknya ditekan Taliban.

Afganistan, jelasnya, adalah salah satu contoh regresi paling ekstrem dalam hak-hak wanita, tetapi jauh dari satu-satunya.

Selain itu, dia juga menyoroti pertempuran di Tigray, wilayah utara Ethiopia yang diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang.

“Kita mungkin tidak pernah tahu jumlah perempuan dan anak perempuan yang diperkosa, tetapi Komisi Ahli Hak Asasi Manusia Internasional di Ethiopia mengatakan bahwa kekerasan seksual telah dilakukan dalam skala yang mengejutkan,” ujarnya.

Baca Juga  Angka Kematian Ibu Masih Tinggi, Tahun 2024 Semua Puskesmas Indonesia Bakal Punya USG

Perkawinan Anak Meningkat di Kawasan Konflik

Perkawinan anak, tambahnya, meningkat sebesar 51 persen dalam satu tahun konflik. Pusat kesehatan setempat, organisasi bantuan, dan kelompok hak asasi manusia terus melaporkan kasus kekerasan seksual.

Dia menambahkan telah terjadi beberapa kudeta militer di negara-negara yang terkena dampak konflik, dari Sahel dan Sudan hingga Myanmar, yang secara dramatis menyusutkan ruang sipil bagi organisasi dan aktivis perempuan.

“Kami juga baru saja melewati satu tahun sejak dimulainya invasi ke Ukraina dan krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” ujar Sima Bahous.

Wanita dan anak-anak mereka adalah 90 persen dari hampir 8 juta orang Ukraina yang terpaksa pindah ke negara lain.

Demikian pula, perempuan dan anak perempuan adalah 68 persen dari jutaan pengungsi di Ukraina. Perdamaian adalah satu-satunya jawaban, dengan keterlibatan perempuan dalam prosesnya.*

Email Penulis: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life