Setelah negosiasi intensif sepanjang minggu secara tertutup di Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara, para duta besar siap menggelar voting untuk versi terbaru rancangan resolusi atas kondisi Gaza.
Amerika Serikat menyatakan akan mendukung rancangan terbaru tersebut jika naskahnya tetap sama, dan pemungutan suara diperkirakan akan dilakukan pada hari Jumat.
Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield yang hadir dari pertemuan tertutup tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa setelah bekerja keras selama seminggu terakhir, negaranya siap untuk memberikan suara pada rancangan resolusi, jika kompromi yang dibuat tetap ada dalam rancangan terbaru.
Seperti dilansir dari laman resmi PBB, Jumat (22/12/2923), Dewan telah melakukan perundingan sepanjang minggu ini untuk menemukan bahasa yang dapat menghindari veto AS lebih lanjut, setelah pertama kali memperkenalkan rancangan yang menyerukan penghentian perang.
Saat ini anggota Dewan Keamanan PBB memberikan sinyal akan menyerukan penundaan pertempuran untuk meningkatkan akses terhadap bantuan kemanusiaan.
AS berpendapat pada hari Selasa dan dalam sesi sebelumnya yang menemui jalan buntu bahwa resolusi apa pun harus mengutuk serangan teror kelompok ekstremis Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Serangan Hamaslah yang dinilai menjadi pemicu peningkatan konflik Palestina-Israel yang mematikan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Serangan Hamas telah menyebabkan sekitar 1.200 kematian di Israel selatan dan Israel, penangkapan lebih dari 200 sandera oleh ekstremis, puluhan di antaranya masih ditawan di Gaza.
Di sisi lain, beberapa negara mengatakan resolusi yang mengutuk Hamas, harus juga mengutuk pendudukan Israel dan ribuan kematian warga sipil akibat aksi militer Israel sejak 7 Oktober.
Uni Emirat Arab menyerukan langkah-langkah mendesak untuk memungkinkan pengiriman bantuan yang aman dan tanpa hambatan untuk warga sipil di Jalur Gaza.
Menurut laporan media, hambatan lebih lanjut yang dihadapi para diplomat dalam merundingkan rancangan resolusi adalah pembentukan mekanisme pemantauan PBB yang akan bertanggung jawab untuk menilai efektivitas pengiriman bantuan dalam skala besar, terlepas dari otoritas Israel atau Hamas di Gaza.
Angka korban terbaru dari pihak berwenang di Gaza melaporkan sekitar 20.000 warga sipil tewas sejak pemboman dan serangan balasan Israel dimulai, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Hingga Kamis, tidak ada lagi rumah sakit yang berfungsi di wilayah utara wilayah kantong tersebut dan para orang tua yang terluka dan terdampar di fasilitas tersebut “menunggu kematian” di sana, menurut badan kesehatan PBB, WHO.
EmailL ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu
MENTERI Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Uang Kuliah Tunggal (UKT) tidak boleh memberatkan mahasiswa.…
JEMAAH haji agar senantiasa menjaga kesehatan diri setibanya di Mekkah. Mengingat, saat ini kondisi cuaca…
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari 670 orang tewas akibat tanah longsor di Papua Nugini. Dikutip dari Al…
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pemimpin Indonesia dari 2004 hingga 2014, memiliki berbagai hobi yang…
Pemerintah memastikan akan terus mengawal kasus kekerasan seksual yang dialami seorang anak berkebutuhan khusus (AS)…
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani menyatakan, hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP…