Home » Angka Kematian Ibu Masih Tinggi, Tahun 2024 Semua Puskesmas Indonesia Bakal Punya USG

Angka Kematian Ibu Masih Tinggi, Tahun 2024 Semua Puskesmas Indonesia Bakal Punya USG

Kemenkes secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG dan antropometri.

by vera bebbington
2 minutes read
Ilustrasi ibu dan anak/foto: sehatnegeriku.kemenkes.go.id

ESENSI.TV - JAKARTA

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG (ultra sonography) dan antropometri di semua Puskesmas dan Posyandu di Indonesia guna menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan stunting pada anak.

Hingga saat ini, AKI dan stunting diperkirakan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH) di tahun 2024. Saat ini masih 305 per 100.000 KH. Demikian juga dengan perkiraan prevalensi balita stunting yang saat ini 24.4%, masih jauh dari target 14% di tahun 2024.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai.

”Kemenkes berkomitmen untuk memprioritaskan ketersediaan layanan esensial bagi ibu dan anak,” ujar Dirjen Kesehatan Masyarakat Maria Endang Sumiwi, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (2/1/2023).

Sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66% Puskesmas akan tersedia USG dan pelatihan dokter terpenuhi di 42% Puskesmas. Total kebutuhan USG sebanyak 10.321 dari jumlah puskesmas 10.321. Kemenkes menargetkan semua Puskesmas memiliki USG di tahun 2024.

Adapun USG diperlukan untuk pemeriksaan struktur jaringan tubuh dengan menggunakan analisis gelombang Doppler/ultrasonik yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor, sementara Antropometri merupakan metode penilaian status gizi melalui pengukuran berbagai dimensi tubuh.

Maria Endang mengatakan salah satu agenda utama SDGs (tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals) adalah menurunkan angka kematian ibu dan kematian Balita. Penyediaan pemeriksaan antenatal berkualitas tinggi dan teratur selama kehamilan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan anak-anak.

Baca Juga  Menko PMK Minta Program Bapak Asuh Stunting Digencarkan di Maros

Dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu dan prevalensi balita stunting salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil.

Tahun 2021 sebanyak 2.470 Puskesmas memiliki USG, tahun 2022 sebanyak 4.416 Puskesmas, tahun 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas, dan tahun 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas. Dengan demikian pemenuhan USG di tahun 2022 tersedia di 6.886 puskesmas (66.7%). Kemudian dokter terlatih telah tersedia di 4.392 Puskesmas (42.5%).

Dia juga mengatakan bahwa pelatihan dokter akan dilanjutkan tahun 2023, dijadwalkan sebelum Maret 2023 sesuai pencairan anggaran.

Monitoring per provinsi dari 66% Puskesmas yang sudah mempunyai alat USG untuk pemeriksaan kehamilan antara lain 2 provinsi mencapai lebih dari 90% Puskesmasnya sudah memiliki USG, 24 provinsi mencapai 50%-90% Puskesmas yang memiliki USG, dan 8 provinsi di bawah 50%.

Antrometri
Selain USG, Kemenkes akan memenuhi kebutuhan antropometri di semua Posyandu. Total kebutuhan antropometri kit sebanyak 313.737 dari jumlah Posyandu 303.416.

Kemenkes menargetkan tahun 2024 semua Posyandu memiliki antropometri. Tahun 2022, 33,9% Posyandu akan tersedia antropometri kit.

Sebelumnya tahun 2019 baru 25.177 Puskesmas memiliki antropometri kit, 2020 sebanyak 1.823 Posyandu, tahun 2021 sebanyak 16.936 Posyandu, tahun 2022 berjumlah 34.256 Posyandu, tahun 2023 ditargetkan berjumlah 127.033 Posyandu, dan 2024 ditargetkan mencapai 81.512 Posyandu yang memiliki antropometri.

Tahun 2022, antropometri kit akan tersedia di 102.853 posyandu (33.9%). Pelatihan pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan melibatkan tenaga terlatih dari Puskesmas.

*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life