Seorang warga meninggal dunia setelah terseret arus saat terjadi bencana banjir dan tanah longsor di Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (27/8/2023).
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengatakan korban terseret arus saat hendak mengurus hewan ternaknya.
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan melaporkan peristiwa itu terjadi setelah sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi dalam durasi yang cukup lama mengguyur wilayah tersebut,” jelas Abdul Muhari, dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/8/2023).
Dia mengatakan selain jatuhnya korban jiwa, banjir dan tanah longsor juga memutus jalan penghubung Bolaang Mongondow Selatan menuju Bolaang Mongondow terputus karena tertutup material longsoran.
Korban Banjir 1.536 Jiwa
Berdasarkan hasil kaji cepat, bencana hidrometeorologi basah itu telah berdampak kepada 1.536 jiwa dari 573 KK yang tersebar di empat desa.
Dia merincikan korban kawasan terdampak banjir dan bencana tanah longsis meliputi, Desa Tobayagan dan Desa Tobayagan Selatan.
Desa Mataido dan Desa Mataido Utara di Kecamatan Pinolosian Tengah, termasuk sebagian wilayah Kecamatan Bolaang Uki.
Sebagai upaya percepatan penanganan bencana banjir dan tanah longsor itu, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan telah menetapkan status Siaga Darurat Penanganan Banjir, Tanah Longsor dan Angin Kencang melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 164 Tahun 2023.
BPBD Kabupaten Bolaang Mondondow Selatan telah berkoordinasi dengan lintas sektor guna evakuasi, kaji cepat hingga pendirian lokasi pengungsian sementara.
Bantuan logistik dan peralatan juga telah disalurkan guna memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak.
Adapun kondisi mutakhir per Minggu (27/8/2023) pukul 21.45 WIB, banjir dengan Tinggi Muka Air (TMA) antara 40-60 sentimeter belum surut.
Tim gabungan juga tengah mengupayakan membuka jalur yang tertimbun material longsor.
Musim kemarau telah dirasakan di hampir seluruh wilayah Tanah Air.
Kendati demikian, ada beberapa daerah yang mengalami anomali cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat dan dapat disetai petir serta angin kencang.
Menyikapi hal itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada masyarakat agar selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca dari BMKG.
“Apabila terjadi perubahan cuaca secara signifikan, diharap kepada seluruh pemangku kebijakan di daerah bersama masyarakat dapat mengantisipasi dan melakukan mitigasi serta meningkatkan kesiapsiagaan,” jelas Abdul Muhari.
Dia menambahkan jika terjadi hujan lebat hingga jarak pandang berkurang dari 100 meter dalam durasi tiga jam lebih, diharap agar masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Khususnya bagi yang tinggal di daerah lereng tebing maupun bantaran sungai.*
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang
#beritaviral
#beritaterkini