Home » Cadangan Nikel Tinggal 7 Tahun Lagi, Pemerintah Dilarang Ekspor NPI dan Fero Nik

Cadangan Nikel Tinggal 7 Tahun Lagi, Pemerintah Dilarang Ekspor NPI dan Fero Nik

by Junita Ariani
2 minutes read
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak Pemerintah segera mengevaluasi program hilirisasi nikel.

ESENSI.TV - JAKARTA

Pemerintah didesak segera mengevaluasi program hilirisasi nikel mengingat cadangan nikel nasional tinggal 7 tahun lagi.

“Hasil perhitungan para ahli mengatakan cadangan nikel nasional tinggal 7 tahun lagi. Karena itu kita minta pemerintah untuk mengevaluasi program hilirisasi nikel,” kata Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto.

Apalagi, lanjut Mulyanto, model hilirisasi yang berlaku saat ini membuat negara merugi. Sementara Sumber Daya Alam (SDA) yang ada terancam ludes dan lingkungan rusak.

“Nikel sebagai SDA strategis dan kritis sudah seharusnya dieman-eman. Masak yang kita ekspor berupa NPI (nickel pig iron) dan Fero Nikel, yang kandungan nikelnya hanya sekitar 4-10 persen. Ini kan produk setengah jadi dengan nilai tambah rendah,” ujarnya.

Terlebih lagi, ekspor produk ini kata Mulyanto, tanpa dikenakan bea ekspor, dan dijamin dengan harga bijih nikel input yang murah, hampir setengah dari harga internasional.

“Belum lagi diberikan tax holiday PPH badan, kemudahan mempekerjakan TKA (tenaga kerja asing), dan berbagai kemudahan lainnya,” papar Mulyanto dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (15/8/’2023).

Ia menilai, Pemerintah harus segera menetapkan kebijakan pelarangan ekspor NPI dan Fero Nikel. Ekspor hanya boleh untuk produk nikel dengan kandungan nikel lebih besar dari 80 persen.

Baca Juga  Ekspor Indonesia Selama 2022 Tumbuh 26,07%, Nikel Naik Paling Tinggi

Dorong Pembangunan Smelter

Terlepas dari itu, ia setuju pada usulan untuk melaksanakan moratorium pembangunan smelter kelas satu yang baru.

“Saya setuju pembangunan smelter kelas satu yang menghasilkan NPI dan Fero Nikel distop agar kita bisa eman-eman cadangan nikel kita,” tambahnya.

Selanjutnya, pihaknya juga akan mendorong pembangunan smelter kelas II, yang menghasilkan produk hilirisasi kelas II, kelas III dan seterusnya.

Seperti stainless steel, nikel matte dan mixed hydroxide precipitate (MHP), baterai dan lain-lain, yang bernilai tambah tinggi. Dan, memiliki efek ganda yang lebih tinggi bagi perekonomian nasional.

Mulyanto minta pemerintah fokus pada pengembangan pengelolaan SDA ke depan adalah industrialisasi nikel, bukan hanya sekedar hilirisasi nikel.

“Program ini untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera melalui nilai tambah pengolahan SDA nasional yang sesuai dengan amanat konstitusi,” tegasnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life