Ekonomi

Ekonom Minta BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya!

Bank Indonesia (BI) diminta menaikkan suku bunga acuan untuk kembali memperketat kebijakan moneter dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama dua hari dan berakhir hari ini, Kamis (22/12/2022).

Teuku Riefky, Ekonom LPEM FEB UI, menilai bank sentral perlu mengurangi agresivitas kebijakan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,50% di penghujung tahun 2022.

Saat ini, suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada di posisi 5,25%, setelah dinaikkan 50 bps melalui RDG tanggal 16-17 November 2022.

Teuku Riefky menjelaskan setidaknya ada tiga alasan kuat mengapa BI perlu memperketat kebijakan moneternya di akhir tahun.

Pertama, inflasi selama November 2022 tercatat sebesar 5,42% (y.o.y), melanjutkan pola perlambatannya dalam tiga bulan terakhir.

“Kombinasi faktor musiman serta usaha pengendalian inflasi oleh Pemerintah dan bank sentral telah menghasilkan angka inflasi yang lebih rendah dan lebih cepat menurun dari titik puncaknya menuju akhir tahun 2022,” jelas Teuku Riefky, dalam Macroeconomic Analysis Series, BI Board of Governor Meeting, yang diterima esensi.tv, kemarin.

Alasan kedua, ujarnya, sejak pertengahan November, arus modal masuk neto mencapai USD2,12 miliar, mendorong apresiasi Rupiah yang sempat menyentuh level Rp15.500 per dolar AS dan menurunkan tingkat yield surat utang negara tenor 10-tahun dan 1-tahun ke level 7,02% dan 5,49%.

Sementara itu, dampak kenaikan harga BBM relatif lebih rendah dari perkiraan awal dan kemungkinan telah mencapai puncaknya.

Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik sepanjang tahun 2022, tantangan utama perekonomian Indonesia saat ini merupakan inflasi.

Dia menilai sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi, apabila tidak dikelola dengan baik.

Inflasi dapat memukul sisi penawaran dari peningkatan biaya produksi dan sisi permintaan dari tergerusnya daya beli masyarakat.

Alasan ketiga BI perlu menaikkan suku bunga acuan, terangnya adalah penyesuaian terhadap kebijakan moneter negara lain.

Dia mencontohkan Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunganya sebesar 50 bps ke rentang 4,25%-4,50% di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.

“Selain The Fed, Bank of England dan Bank Sentral Eropa (ECB) juga merelaksasi kenaikan suku bunganya. Hal yang sama juga dilakukan oleh bank sentral di Swiss, Norwegia, Meksiko dan Filipina,” paparnya.

Kamis (22/12/2022).
ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Darma Lubis

Erna Sari Ulina Girsang

Recent Posts

Manfaat Jalan Kaki Setiap Hari bagi Kesehatan Gen Z

Kesibukan Generasi Z saat ini semakin meningkat. Durasi pekerjaan atau aktivitas yang semakin tinggi pun…

37 mins ago

Tiga Nama Populer di Pilkada Jawa Tengah: Hendrar Prihadi, Sudaryono, dan Taj Yasin Maimoen

INDEKS Data Nasional (IDN) merilis hasil survei nama calon Gubernur Jawa Tengah pada Pilkada Serentak…

2 hours ago

Udara Jakarta Masuk Peringkat-5 Dunia Kota Terpolusi

Udara Jakarta masuk peringkat ke-5 dunia sebagai kota yang paling polusi. Sejak hari ini, Jumat…

3 hours ago

Manfaat Memakan Sup Ikan Salmon bagi Pertumbuhan Bayi

Menyediakan nutrisi yang seimbang dan bergizi bagi bayi adalah salah satu prioritas utama bagi setiap…

4 hours ago

Ini Kronologi Polri dan BNN Bekuk Gembong Narkoba Asal Australia di Filipina

POLRI dan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Kepolisian Nasional Filipina menangkap gembong narkoba…

4 hours ago

Startup Indonesia Terbanyak Keenam di Dunia, Lokal Siap Go Global

MENTERI Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, Indonesia menjadi negara keenam di dunia dengan…

5 hours ago