Categories: Nasional

Ekosistem Riset Indonesia Labil, Ilmuwan Sebaiknya Tidak Pulang?

Dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, ilmu pengetahuan di Indonesia menjadi perhatian negara. Untuk mencapai hal tersebut tentunya pemanfaatan sumber daya di Indonesia harus dilakukan secara efisien.

Dilansir dari kompas.id pada Kamis (10/08), Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Esa Prakasa mengatakan untuk memanfaatkan sumber daya itu harus dilakukan transformasi digital. Adanya transformasi digital akan membantu untuk mengembangkan riset dalam negeri.

Pengembangan ilmu dan teknologi riset di Indonesia masih terbilang labil. Hal ini disampaikan oleh Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Satryo Soemantri Brojonegoro. Ia mengatakan sebaiknya para peneliti yang mengemban ilmu di luar negeri berkarir saja disana.

“Kasian. Nggak akan berkembang mereka (peneliti). Karena lingkungan riset sudah pasti, tidak menunjang,” ujarnya.

Jokowi Minta Ilmuwan Pulang ke Indonesia

Hal berbeda disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Ia menyampaikan agar mereka yang menimba ilmu di luar negeri hendaknya kembali ke tanah air untuk mengembangkan ilmu riset di negeri ini.

Hal ini dituturkannya pada penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia meminta agar penerima beasiswa LPDP sebaiknya tidak mengendapkan ilmunya sendiri dan berkarya di tanah air. Memang, kompensasi yang diberikan di luar negeri dan dalam negeri tentu berbeda.

“Meskipun gaji sendiri rendah sedikit, tetap pulang. Meski fasilitas enak di negara lain, tetap pulang,” ujarnya.

Sebelumnya, seorang praktisi Teknologi Informasi (IT), Ainun Najib diminta pulang oleh presiden Jokowi. Ia meminta agar Ainun dapat membangun ekosistem digital di dalam negeri. Saat ini, Ainun berdomisili di Singapura.

Menyambung ucapan Satryo tentang peneliti yang tidak berkembang bila berkarir di tanah air, ia juga menambahkan bahwa luar negeri memiliki riset yang lebih maju. Sehingga, ilmunya dapat terus berkembang.

“Mereka daripada pulang mendingan tinggal disana saja supaya ilmunya berkembang terus. Risetnya semakin maju. Siapa tau mendapat hadiah Nobel, ujarnya.

Pengamat Sosial, Rissalwan Lubis pun menilai Pemerintah hanya meminta peneliti untuk pulang saja, tetapi seperti tidak serius.

“Saya tidak melihat keseriusannya. Kalau mau serius bikin dong seperti zamannya Pak Habibie. Jangan cumin kasih statement. Dikasih tempat juga untuk berkembang,” terangnya.

Jadi, kamu para ilmuwan, milih pulang atau nggak Nih?

Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen

Administrator Esensi

Recent Posts

Menteri Kominfo Budi Arie Jajaki Peluang Kerja Sama Digital dengan Inggris

MENTERI Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menerima kunjungan Menteri Kantor Kabinet Inggris John Glen.…

5 hours ago

Semarak Usia 212 Tahun, Kadipaten Pakualaman Yogyakarta Siapkan 21 Event

KADIPATEN Pakualaman menginjak usia ke-212 (Masehi) atau 218 (Jawa) pada tahun 2024 ini. Ada 21…

5 hours ago

Presiden Jokowi Pastikan Stok Beras Bulog Jelang Idul Adha Aman

PRESIDEN Joko Widodo atau Jokowi menjamin stok beras di Bulog aman menjelang Idul Adha. Jokowi…

5 hours ago

Mau Dibawa ke Serbia, Polisi Gagalkan Perdagangan Orang di Bandara YIA

KEPOLISIAN Resort Kulon Progo berhasil menggagalkan kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang terjadi di…

6 hours ago

Menhan Prabowo Terima “Medali Zayed” dari Presiden UEA MBZ

MENTERI Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja ke Uni Emirat Arab…

6 hours ago

Banjir Lahar dan Longsor Sumatera Barat: 50 Orang Meninggal, 27 Jiwa Hilang

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen. TNI Suharyanto, korban jiwa yang meninggal dunia akibat…

6 hours ago