Site icon Esensi TV

Ekspor Turun Hingga 50%, Pemerintah Diminta Gencarkan Sosialisasi Virus Demam Babi

Kemendag Dalami Temuan Singapura Soal Babi Bervirus dari Riau (Ilustrasi)/Pixabay

Pemerintah diminta gencarkan sosialisasi virus Demam Babi Afrika yang telah menyebabkan ekspor dagig babi menurun lebih dari 50%. foto: dok

Pemerintah diminta untuk menjelaskan detail bahwa Virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) tidak menular ke masyarakat.

“Jaminan keamanan dari Pemerintah menjadi penting untuk meredakan kekhawatiran masyarakat,” kata Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan.

Dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (25/5/2023), Pemerintah kata Daniel, harus menggencarkan sosialisasi dan edukasi demi keamanan masyarakat. Penjelasan tersebut terkait mengedukasi bagaimana ciri-ciri hewan yang terpapar virus tersebut.

Bagaimana penanganan hewan yang terpapar virus, terutama kepada peternak juga sangat penting. Sehingga, para peternak dapat mengantisipasinya dan menanggulangi jika terjadi penyakit yang dilakukan secara efektif.

Daniel juga menekankan pentingnya vaksin bagi hewan ternak babi sebagai langkah antisipasi penyebaran virus. Pemerintah diminta memberikan vitamin untuk babi kepada para peternak.

“Apalagi penyebaran virus ini sudah cukup masif. Sudah menyebabkan ekspor daging babi dari Indonesia menurun. Masyarakat yang sudah susah, jangan dibuat susah lagi karena kurangnya penanggulangan permasalahan kesehatan pada hewan ternak,” ujarnya.

Ekspor Menurun Hingga 50%

Akibat temuan virus Demam Babi Afrika di Indonesia, nilai ekspor babi Indonesia ke beberapa negara seperti Singapura dilaporkan menurun hingga lebih dari 50 persenz

“Sebagai salah satu komoditi yang mendongkrak devisa negara, Pemerintah harus memiliki solusi penanggulangannya. Baik dari pencegahan penyebaran, penanganan terhadap hewan yang sakit, dan antisipasi terhadap virus lainnya,” tegas Daniel.

Di sisi lain, Komisi IV DPR mengingatkan pelaku industri dan peternak untuk tidak menjual hewan babi yang terinfeksi Demam Babi Afrika. Daniel menegaskan, pengawasan harus dilakukan dengan ketat.

“Jangan sampai ditemukan adanya hewan yang terjangkit virus dijual di pasaran. Random check harus terus dilakukan di peternakan maupun di tempat-tempat yang menjual daging babi,” ujarnya.

Kepada masyarakat yang biasa mengkonsumsi babi, Daniel mengimbau untuk selalu waspada saat membeli daging.

Jika daging babi dijual murah atau jauh dari harga normal, masyarakat diminta untuk menaruh kecurigaan.

“Pastikan saat mengelola daging harus dimasak secara matang sempurna,” sebut Daniel. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

Exit mobile version