Home » Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini 4 Manfaat yang Tak Jadi Diperoleh Indonesia

Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini 4 Manfaat yang Tak Jadi Diperoleh Indonesia

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Indonesia Batal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

ESENSI.TV - JAKARTA

Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 membuat Indonesia melepas banyak peluang manfaat bagi perekonomian dan kemajuan sepak bola nasional.

Indonesia telah resmi gagal menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 atau World Cup U-20 FIFA tahun 2023.

Padahal, untuk mendapatkan status tuan rumah, Indonesia telah menyisihkan dua negara yang juga memasukkan penawarannya, yaitu Brasil dan Peru.

Sebenarnya, penunjukan Indonesia menjadi tuan rumah World Cup U-20 FIFA sudah dilakukan sejak tahun 2019 untuk Piala Dunia U-20 tahun 2021.

Namun, ditunda karena pandemi Covid-19 menjadi tahun ini. Jadi, sebenarnya, Indonesia punya waktu mempersiapkan diri cukup panjang atau lebih dari 3 tahun.

Persiapan, tentunya tidak hanya dari sisi fisik infrastruktur, tetapi juga kesiapan sikap mental rakyat.

Pemerintah harus mendidik masyarakat untuk bisa menjadi penyelenggara kegiatan berkelas internasional yang beretika dan terhormat.

Serta tidak diskriminatif terhadap semua peserta berdasarkan SARA atau sikap politik karena ini adalah pesta olahraga remaja atau generasi muda dunia berusia maksimal 20 tahun.

Apa daya, keputusan sudah final. Indonesia tentu bersiap-siap menghadapi sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Peluang yang Lepas Dari “Genggaman” Indonesia

Tapi tahukah kamu bahwa, selain sanksi yang akan diterima Indonesia, sebenarnya negeri ini telah melepaskan banyak manfaat yang diperoleh jika berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA.

Ini empat diantaranya, seperti dilansir dari hasil kajian Pusat Studi Perdagangan Dunia, Universitas Gadjah Mada dan laman resmi FIFA.

1. Tim Nasional Tuan Rumah Tidak Melewati Tahap Kualifikasi

FIFA memberikan sebuah keistimewaan yang langka bagi tuan rumah setiap kegiatan Piala Dunia, termasuk kategori remaja atau U-20.

Menjadi tuan rumah turnamen Piala Dunia, berarti Tim Negara tersebut berhak untuk otomatis lolos ke turnamen yang digelar mulai 20 Mei hingga 11 Juni 2023.

Kebijakan ini telah diterapkan sejak tahun 1938. Jadi, jika Indonesia menjadi tuan rumah maka, negara yang pertama lolos ke turnamen adalah Tim Nasional Indonesia.

Bagi negara belum pernah lolos ke Piala Dunia, ini adalah kesempatan emas karena bisa memunculkan bibit-bibit baru, seperti yang dialami Qatar di Piala Dunia 2022.

Piala Dunia U-20 FIFA telah diikuti oleh 76 negara dan yang bisa lolos ke turnamen hanya 24 hingga 26 tim saja. Jadi jika menjadi tuan rumah, Indonesia dianggap sudah menang melawan 50-52 tim peserta.

Meskipun jika harus mengikuti kualifikasi, Indonesia tidak perlu bertanding dengan semua tim. Hanya tim yang masuk dalam konfederasi Piala Asia U-20 AFC 2023.

Baca Juga  French Open 2023: Bagas/Fikri Hadapi Ganda Jepang di Babak Kedua

2. Meningkatkan Persepsi Positif Internasional

Pusat Studi Perdagangan Dunia, UGM menyebutkan secara umum, Piala Dunia memberikan peluang bagi negara tuan rumah untuk meningkatkan persepsi internasional.

Disiarkan baik oleh media nasional maupun internasional, Piala Dunia U-20 memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menampilkan tidak hanya kemegahan dan kesuksesan turnamen, tetapi juga potensi pariwisata di berbagai daerah di Indonesia.

Majunya sektor pariwisata Indonesia melalui Piala Dunia U-20 diharapkan dapat membawa beberapa multiplier effect.

Kehadiran wisatawan mancanegara sebagai penonton kompetisi ini akan mendorong sektor tersebut.

3. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Menjadi tempat perhelatan internasional kejuaraan olahraga sepak bola remaja dunia FIFA ternyata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Proyeksi ini didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Polandia setelah menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada Mei dan Juni 2019.

Menurut Badan Statistik Polandia, terjadi peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang terlihat dari tingkat hunian hotel dan penginapan serupa.

Pada Mei 2019, jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.280.645 jiwa. Hasil ini meningkat sebesar 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain pariwisata, Indonesia bisa memanfaatkan masuknya investasi.

Kebutuhan untuk meningkatkan fasilitas akomodasi, transportasi dan infrastruktur untuk kompetisi dapat dimanfaatkan untuk menarik dan menjalin kemitraan antara investor dalam negeri dan asing.

4. Renovasi Infrastruktur Piala Dunia U-20 dan Pendukung Kegiatan

Renovasi infrastruktur dan peningkatan fasilitas akomodasi akan menciptakan lebih banyak pekerjaan yang selanjutnya akan berkontribusi pada PDB negara tuan rumah.

Berbagai event internasional membutuhkan sarana dan prasarana berstandar internasional, tidak terkecuali Piala Dunia U-20. Oleh karena itu, turnamen membutuhkan banyak pekerja untuk mencapai standar.

Lee dan Taylor (2004) melaporkan lebih dari 31.000 pekerjaan diciptakan di Jepang dan Korea Selatan selama kerjasama mereka dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2002.

Penciptaan lapangan kerja ini membantu menciptakan dampak ekonomi sekitar USD1,35 miliar dalam PDB.

Sedangkan, tambahan USD1 miliar diarahkan pada pendapatan dan nilai kolektif.

Melihat pola pengalaman tuan rumah sebelumnya, Indonesia kemungkinan akan menerima manfaat ekonomi serupa dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023.

Pemerintah pusat dan daerah dituntut tidak hanya mempersiapkan turnamen, tetapi juga memanfaatkan potensi ekonomi untuk pembangunan ekonomi nasional.

Itu dia empat peluang yang dilepaskan Indonesia di tahun ini karena gagal jadi tuan rumah World Cup U-20 FIFA.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life