Home » Gelombang Panas Tahun 2023 Cetak Rekor Tertinggi, Ini Dampak dan Cara Mengatasinya!

Gelombang Panas Tahun 2023 Cetak Rekor Tertinggi, Ini Dampak dan Cara Mengatasinya!

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Ilustrasi gelombang panas. Foto: Ist

ESENSI.TV - JAKARTA

Tahun 2023 ternyata menjadi tahun penuh rekor temperatur. Artinya gelombang panas terjadi di banyak tempat secara bersamaan, sehingga cuaca panas yang dialami Indonesia juga menyerang banyak tempat di seluruh dunia.

Artinya jika dilihat dari lokasi kejadian secara bersamaan, tahun 2023 mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah dunia.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan tahun 2023 adalah tahun penuh rekor temperatur.

Kondisi ini, jelasnya, tidak pernah terjadi sebelumnya, dimana heatwave (gelombang panas) terjadi banyak tempat secara bersamaan.

“Juli 2023 lalu, heat wave yang melanda Amerika Barat bahkan mencapai 53 derajat celcius,” jelas Dwikorita dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Yayasan Perspektif Baru, baru-baru ini, seperti dilansir di laman resmi BMKG, dikutip Minggu (19/11/2023).

Juli Hingga Agustus Bulan Terpanas

Dwikorita mengungkapkan, Juni hingga Agustus merupakan tiga bulan terpanas sepanjang sejarah dan bulan Juli 2023 menjadi bulan paling panas.

Realitas evolusi iklim tersebut, menjadikan tahun 2023 berpeluang menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim, mengalahkan tahun 2016.

Menurut Dwikorita, situasi ini terjadi merupakan dampak dari perubahan iklim yang juga memberi tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah langka dan menghasilkan apa yang dikenal dengan water hotspot.

Baca Juga  Penumpang KA dari Solo Bisa Manfaatkan Tiket Murah Lebaran, Buruan Pesan

Kondisi tersebut, juga semakin meningkatkan kerentanan terhadap stok pangan dunia.

FAO atau Organisasi Pangan dan Pertanian, kata Dwikorita, bahkan memprediksi jika hal ini terus terjadi maka di tahun 2050 mendatang bencana kelaparan akan terjadi akibat krisis pangan.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, lanjut dia, maka pemerintah bersama semua elemen masyarakat harus bekerjasama dan bergotong royong dalam melakukan aksi mitigasi.

Mulai dari penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya.

Implementasi strategi mitigasi dan adptasi, menurut Dwikorita, harus digencarkan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali.

Apalagi, tambahnya, suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik di masa yang akan datang.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita juga menjelaskan peran penting BMKG dalam mendukung adaptasi dan mitigasi diluar sebagai penyedia data.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu
​

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life