Hari ini, atau setiap tanggal 2 Februari, diperingati Hari Lahan Basah Sedunia. Tahun 2023 ini, perayaan Hari Lahan Basah Sedunia mengusung tema It’s Time for Wetlands Restoration.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, Indonesia memiliki ekosistem lahan basah terluas kedua di Asia, setelah China.
“Luas lahan basah Indonesia mencapai 40,5 juta hektare atau sekitar 20 persen dari luas wilayah Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Agus Justianto, Kamis (2/2/2023).
Gambut dan mangrove kata Agus, sebagai ekosistem lahan basah yang dominan di Indonesia. Dikenal karena kemampuannya untuk menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar.
Potensi lahan gambut yang luas tersebut mengandung berbagai keanekaragaman hayati yang sangat penting dan bernilai. Hal itu modal pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk Indonesia.
“Lahan gambut di Indonesia itu menyimpan sekitar 57 gigaton atau 20 kali lipat karbon tanah mineral biasa,” jelasnya dikutip dari antaranews.com.
Sedangkan mangrove menyimpan karbon hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan hutan hujan tropis.
“Cadangan karbon yang tersimpan di lahan gambut dan mangrove tersebut akan terlepas ke udara jika dikeringkan atau dialihfungsikan,” papar Agus.
Karena itu, kata dia, kegiatan penyelamatan dan pemulihan lahan basah, serta pemahaman dan kesadaran publik terkait kegiatan restorasi penting dilakukan.
Sehingga bumi tidak semakin memburuk akibat efek perubahan iklim.
Direktur Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut KLHK, Sri Parwati Murwani Budisusanti menjelaskan lahan basah mengandung air dengan komposisi hingga 90 persen.
Apabila lahan basah itu kering, maka bisa terdampak terhadap ketersediaan air di wilayah tersebut.
“Lahan basah itu sangat penting perannya bagi bumi. Tidak hanya menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga penjaga kestabilan iklim,” jelasnya.
Di samping itu, juga memberikan jasa lingkungan, serta mendukung ketersediaan pangan perikehidupan masyarakat maupun semua makhluk hidup di bumi.
Diatakannya, hari ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan dokumen Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Basah Ekosistem Gambut dan Mangrove.
Dokumen itu bisa menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk secara kolaboratif melakukan pengelolaan ekosistem lahan basah, terkhusus gambut dan mangrove. *
Editor: Junita Ariani
BADAN Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) kembali menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Sumatra…
RIBUAN orang dari berbagai elemen seperti Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama…
PESAWAT dengan kode PK-IFP jatuh di Lapangan Sunburst BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Minggu (19/5)…
CEO SpaceX Elon Musk melakukan proses uji coba layanan internet Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Klod, Denpasar, Bali. "Ini (Starlink) untuk…
Jupiter, planet terbesar di Tata Surya, penuh dengan fakta-fakta menarik yang menunjukkan kehebatannya. Dengan diameter…
Merkurius, planet terdekat dengan Matahari, adalah dunia yang penuh dengan fakta menarik dan misteri yang…