Home » Hari Masjid Istiqlal, Sejarah, dan Kontroversinya

Hari Masjid Istiqlal, Sejarah, dan Kontroversinya

by Administrator Esensi
3 minutes read
Masjid Istiqlal

ESENSI.TV - Jakarta

Sejarah Hari Istiqlal dimulai pada 17 Agustus 1945 ketika Soekarno dan Mohammad Hatta, dua tokoh proklamator Indonesia, memproklamasikan kemerdekaan negara tersebut dari penjajahan Belanda. Namun, kemerdekaan tersebut tidak diakui secara internasional hingga Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Sejak saat itu, Hari Kemerdekaan Indonesia dirayakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1953, Soekarno, memerintahkan pembangunan sebuah masjid nasional yang akan menjadi simbol kebesaran dan kekuatan bangsa Indonesia. Masjid ini kemudian dinamakan Masjid Istiqlal.

Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada tahun 1961 hingga tahun 1978, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978. Masjid ini di desain oleh Frederich Silaban, seorang arsitek Kristen, yang memadukan unsur-unsur arsitektur Islam, Hindu, dan Buddha. Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia, dengan kapasitas hingga 120.000 orang.

Setiap tahunnya Masjid Istiqlal menjadi salah satu tempat penting dalam peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.  Upacara bendera diadakan di depan masjid pada pagi hari tanggal 17 Agustus dan bendera merah-putih dikibarkan.  Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” pun dinyanyikan. Selain itu, masjid ini juga menjadi tempat ibadah bagi umat Islam Indonesia. Dan setiap hari Jumat banyak orang datang ke sana untuk shalat Jumat.

Selain peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, Masjid ini juga menjadi tempat penting dalam peringatan hari-hari besar Islam. Seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari-hari tersebut, ribuan orang berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat dan merayakan hari raya.

Masjid Istiqlal adalah simbol kebesaran dan kekuatan bangsa Indonesia. Ini merupakan contoh nyata tentang pentingnya toleransi agama serta persatuan dalam sebuah negara yang majemuk seperti Indonesia. Melalui peringatan Hari Istiqlal dan penggunaan Masjid Istiqlal sebagai tempat upacara dan ibadah, Indonesia mengingatkan dirinya sendiri dan dunia bahwa kemerdekaan dan persatuan adalah hal yang sangat penting bagi keberhasilan sebuah negara.

Kontroversi pembangunan Masjid Istiqlal

Pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta tidak lepas dari kontroversi yang terjadi pada masa itu. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Lokasi Masjid Istiqlal

Lokasi Masjid Istiqlal awalnya direncanakan di depan Istana Merdeka. Namun kemudian dipindahkan ke lokasi saat ini di Jalan Medan Merdeka Timur. Keputusan ini mendapat kritik dari beberapa kalangan. Terutama karena lokasi baru tersebut dianggap tidak sepadan dengan ukuran dan kebesaran masjid yang direncanakan. Selain itu, beberapa kalangan juga mengkritik lokasi masjid yang terlalu dekat dengan Monas. Hal ini dianggap akan mengganggu keindahan arsitektur dan lingkungan sekitarnya.

Desain Masjid Istiqlal

Desain Masjid Istiqlal juga menjadi kontroversi. Kritikan dari berbagai kalangan tentang desain yang dianggap kurang menggambarkan karakteristik arsitektur Islam tradisional Indonesia. Disebutkan bahwa desainnya lebih mengadopsi gaya arsitektur modern Barat. Namun, desain masjid tersebut akhirnya disetujui oleh pemerintah dan dibangun oleh arsitek Frederich Silaban.

Baca Juga  KPK: Korupsi Proyek Kereta Api Berpotensi Ancam Keselamatan Penumpang

Sumber Dana Pembangunan Masjid Istiqlal

Pembangunan Masjid Istiqlal di Jakarta memerlukan biaya yang sangat besar. Meskipun pemerintah mengalokasikan sebagian besar anggaran dari APBN, beberapa sumber dana lainnya juga digunakan untuk membangun masjid tersebut. Salah satu sumber dana yang kontroversial adalah sumbangan dari Arab Saudi. Yang dianggap oleh beberapa kalangan sebagai bentuk intervensi dalam urusan keagamaan Indonesia.

Peran Soeharto dalam Pembangunan Masjid Istiqlal

Pembangunan Masjid Istiqlal juga dikaitkan dengan peran Soeharto sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Soeharto dianggap memperlihatkan sikap toleransi dan dukungan pada pembangunan masjid tersebut. Meskipun pada masa awal pemerintahannya, Soeharto dikenal lebih memperhatikan pembangunan infrastruktur dan ekonomi daripada masalah keagamaan. Meskipun begitu, pembangunan Masjid Istiqlal pada akhirnya dapat memberikan sumbangan penting bagi peningkatan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Selain itu, ada fakta sejarah bahwa Presiden Soekarno lebih mementingkan pembangunan Monas dari pada Masjid Istiqlal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Soekarno lebih memprioritaskan pembangunan Monumen Nasional (Monas) daripada Masjid Istiqlal pada masa itu.

Dilema Pembangunan Masjid Istiqlal

Pertama, pada masa itu Soekarno memiliki visi untuk membangun Indonesia sebagai negara yang modern dan maju. Monas sebagai lambang kebanggaan nasional yang menunjukkan semangat perjuangan. Kemerdekaan Indonesia dianggap sangat penting untuk memperkuat citra nasional Indonesia di mata dunia. Selain itu, Monas juga dianggap sebagai simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beragam, sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan negara.

Kedua, pada masa itu Indonesia masih mengalami berbagai masalah ekonomi dan keuangan, termasuk inflasi dan utang luar negeri yang tinggi. Pembangunan Masjid Istiqlal memerlukan biaya yang sangat besar dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan pembangunan Monas dapat diselesaikan lebih cepat dan dengan biaya yang lebih terjangkau.

Ketiga, Soekarno percaya bahwa Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim sudah memiliki cukup banyak masjid. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk membangun Monas yang dapat menjadi pusat kebanggaan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa memandang agama atau suku.

Meskipun begitu, pembangunan Masjid Istiqlal tetap dijadwalkan dan dilakukan setelah pembangunan Monas selesai. Setelah Monas selesai dibangun pada tahun 1975, pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada tahun 1961 dan selesai pada tahun 1978. Serta diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978. Meskipun dibangun belakangan, Masjid Istiqlal tetap menjadi simbol penting bagi Indonesia dan kebanggaan bagi umat Muslim di Indonesia.

Penulis: Lala Lala

Editor: Addinda Zen/Nabila Tias Novrianda

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life