Home » Heboh! Gubernur Ini Legalkan Pupuk Kompos dari Jasad Manusia, Diprotes Gereja

Heboh! Gubernur Ini Legalkan Pupuk Kompos dari Jasad Manusia, Diprotes Gereja

Gubernur Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS), Kathy Hochul, resmi melegalkan proses reduksi organik.

by vera bebbington
2 minutes read
Gubernur Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS), Kathy Hochul/dok.https://www.governor.ny.gov/

ESENSI.TV - JAKARTA

Gubernur Negara Bagian New York, Amerika Serikat (AS), Kathy Hochul, resmi melegalkan proses reduksi organik alami atau pembuatan dan penggunaan pupuk kompos yang berasal dari jasad manusia.

Dilansir The Guardian, Rabu ini (4/1/2023), langkah legislatif ini membuat New York menjadi negara bagian keenam di AS melakukan cara ini sejak 2019 dan menawarkan alternatif metode penguburan hijau yang dianggap ramah lingkungan bagi warga New York.

Saat ini, cara pengomposan jasad manusia secara alami kian populer di kalangan aktivis lingkungan hidup. Jasad manusia yang sudah meninggal dunia tidak langsung dikubur, tapi dibiarkan terurai secara alami dalam sebuah wadah sehingga berubah menjadi tanah yang subur.

Namun jenazah itu tidak boleh begitu saja dilempar ke tumpukan kompos. Jenazah terlebih dahulu harus dikirim ke perusahaan pemakaman yang disertifikasi sebagai fasilitas reduksi organik. Jasab itu lalu ditampung, diberi ventilasi yang sesuai, dan di ruangan itu tidak boleh ada baterai, paket baterai, sel daya, implan radioaktif, atau perangkat radioaktif lainnya.

Kathy Hochul meneken regulasi ini pada Sabtu (31/12/2022). Langkah itu menyusul kebijakan negara bagian California, Vermont, Colorado, Oregon dan Washington yang lebih dahulu mengizinkan pengomposan jasad manusia secara alamiah guna menyuburkan tanah

Washington menjadi negara bagian pertama yang melegalkan pengomposan manusia pada tahun 2019, diikuti Colorado dan Oregon pada 2021, kemudian Vermont dan California pada 2022. Undang-undang New York, A382, sudah mengesahkan ini.

Dalam kebanyakan kasus, jasad yang akan diuraikan secara alami ditempatkan di bejana semi-terbuka yang dapat digunakan kembali yang berisi tempat tidur – serpihan kayu, alfalfa atau jerami – ideal bagi mikroba untuk melakukan penguraian. Di akhir proses, dihasilkan satu yard kubik tanah padat nutrisi, setara dengan 36 kantong tanah yang kemudian dapat digunakan sebagai pupuk.

Baca Juga  Mulai Juli, Youtube Hilangkan 'Youtube Kids' Untuk Smart TV

“Setiap hal yang dapat kita lakukan untuk menjauhkan orang mati dengan lapisan beton dan peti mati mewah serta pembalseman, kita harus melakukan dan mendukung itu,” kata Michelle Menter, Manajer Greensprings Natural Cemetery Preserve, sebuah pemakaman alam di pusat New York. Menter mengatakan bisnisnya akan sangat mempertimbangkan metode tersebut.

Hochul saat ini memang berada dalam dilema politik atas masalah ini. Dia mengatakan bahwa dia adalah orang Irlandia-Amerika yang bangga dan sering berbicara tentang bagaimana latar belakangnya yang orang Irlandia dan penganut Katolik itu dapat memengaruhi pandangan politiknya.

Sebelumnya, Konferensi Katolik Negara Bagian New York telah mendorong pengikut gereja untuk menekan Hochul untuk memveto RUU tersebut. Organisasi tersebut berpendapat bahwa proses pupuk kompos dari jasad manusia tersebut “tidak memberikan rasa hormat karena sisa-sisa tubuh,” tulis Catholic Courier.

“Proses yang sangat tepat untuk menguraikan potongan sayuran ke bumi belum tentu sesuai untuk tubuh manusia,” kata Dennis Poust, Direktur Eksekutif Catholic Courier dalam sebuah pernyataan.

Di sisi lain, para pendukung Order of the Good Death justru mendesak gubernur untuk membubuhkan tanda tangan agar lekas legal. Bahkan mereka mendukung regulasi ini dengan menawarkan serangkaian kartu dekoratif berwarna untuk kampanye program ini bertuliskan “Kompos Saya” dan “Saya Ingin Menjadi Pohon” untuk dikirim ke gubernur.

“[Kalau jasad pakai] kremasi itu menggunakan bahan bakar fosil, sementara penguburan menggunakan banyak lahan dan ada jejak karbon,” kata Katrina Spade, pendiri Recompose, rumah duka hijau di Seattle yang mendukung pengomposan manusia.

*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life