Home » Hingga Akhir Tahun, Kondisi Perekonomian Global Masih Diliputi Ketidakpastian

Hingga Akhir Tahun, Kondisi Perekonomian Global Masih Diliputi Ketidakpastian

by Junita Ariani
2 minutes read
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Kemenkeu

ESENSI.TV - JAKARTA

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Risiko dan ketidakpastian global ini kata Menkeu, dipicu dinamika negara-negara maju yang berdampak ke global.

Amerika Serikat masih dihadapkan pada inflasi yang berada di atas target, tingginya suku bunga, peningkatan tekanan fiskal. Dan, tergerusnya excess saving yang membayangi pelemahan ekonomi.

Sementara itu, negara maju lainnya yakni RRT masih bergulat dengan pelemahan ekonomi pasca Covid-19.

Sementara Eropa yang kondisi ekonominya melemah dengan defisit fiskal yang meningkat diiringi oleh core inflation yang masih tinggi.

“Selain masalah ekonomi, kondisi geopolitik juga menunjukkan risiko yang makin tinggi,”kata Menkeu.

Hal ini disampaikan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Menkeu mencontohkan, perang di Ukraina maupun di Timur Tengah. Terutama Palestina yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir menimbulkan downside risk terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.

Sentimen global juga akan dipengaruhi yang akan menimbulkan volatilitas di sektor keuangan dan prospek dari perang yang belum berakhir.

Bahkan mungkin akan melebar dan menimbulkan tekanan proteksionisme dan melemahkan perdagangan global.

Di sisi lain lanjut Menkeu, prospek pertumbuhan global diperkirakan masih akan lemah seperti yang disampaikan oleh lembaga internasional.

Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 direvisi turun oleh IMF menjadi hanya 3% dan oleh Bank Dunia hanya 2,1%. Inflasi juga diprediksi mencapai level 5,8%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi.

“Indonesia masih termasuk negara yang memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi tertinggi di lingkungan ASEAN dan di lingkungan G20 yaitu di 5%,” ungkap Menkeu.

Baca Juga  Evaluasi Akhir Tahun pada Bidang Ekonomi, Politik, dan Hukum

69,6% Negara Berada di Zona Kontraksi

Dalam paparannya, Sri Mulyani, juga menyampaikan dari sisi kegiatan manufaktur terlihat 69,6% negara berada di zona kontraksi.

Seperti AS, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Sementara 30% lainnya berada di zona ekspansi termasuk Indonesia.

“Kalau kita lihat Indonesia, terus menerus ada di dalam zona ekspansi yang cukup bertahan semenjak pandemi berakhir,” ujarnya.

Artinya, lanjut Menkeu, banyak negara yang tadinya berharap setelah pandemi recover dan kegiatan manufakturnya tumbuh kuat. Ternyata tidak mengalami pemulihan dan pertumbuhan manufaktur.

Yang terjadi justru pelemahan kegiatan manufakturnya.

“Jadi dalam konteks ini Indonesia termasuk di dalam kategori ekonomi dan kegiatan manufakturnya resilien atau tetap bisa bertahan positif dan ekspansif,” ujarnya.

Dari sisi harga komoditas, Menkeu mengatakan, volatilitas tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi supply dan demand. Namun juga faktor politik dan perang ikut mengambil peranan.

Secara keseluruhan, kata Menkeu, beberapa komoditas yang penting bagi ekonomi Indonesia menunjukkan koreksi yang cukup signifikan.

Batu bara turun 63% sejak awal tahun 2023, minyak turun 14,6% sejak awal tahun 2023, natural gas atau gas alam turun bahkan 43,7% ytd dari awal tahun.

CPO turun 14,8%, gandum turun 23,4%, kedelai turun hampir 5%, dan beras turun 6,5%.

“Ini adalah komoditas-komoditas yang penting pengaruhnya di dalam perekonomian kita dan semuanya dalam kondisi penurunan year to date,” pungkas Menkeu.*

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life