Home » IHSG Dibuka di Zona Merah, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati!

IHSG Dibuka di Zona Merah, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati!

by Erna Sari Ulina Girsang
1 minutes read
Ilustrasi transaksi saham. Foto: Image by jcomp on Freepik

ESENSI.TV - JAKARTA

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah sebesar 0,45 persen atau 30,94 poin. Melemah ke level 6.793,49 pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat (23/12/2022).

IHSG ditransaksikan di zone merah di hari terakhir transaksi saham, setelah ditutup flat kemarin, menyusul pengumuman Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50%, sejalan dengan ekspektasi pasar.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Handiman Soetoyo, mengatakan sentimen yang mempengaruhi pergerakan, sehingga IHSG dibuka di zona merah. Antara lain langkah the Fed mempertahankan kampanye suku bunga tinggi lebih lama, dinilai pelaku menjadi sinyal bahwa resesi AS akan terjadi pada Semester I 2023.

“Kenaikan suku bunga Bank Indonesia kemarin dimaksudkan untuk meredam inflasi. Ini dipicu impor di tengah pelemahan Rupiah dan ketidakpastian ekonomi global yang tinggi,” jelasnya, dalam laporan prediksi pasar, hari ini.

Dengan demikian, inflasi diharapkan dapat dikenalikan di kisaran target yang dinilai mampu menopang pertumbuhan ekonomi, sekaligus tidak membebani daya beli masyarakat.

Dia mengatakan pelaku pasar juga menyoroti sikap BI yang menegaskan agenda pro-stabilitas dan pro-pertumbuhan dalam keputusan moneternya. Kemudian, sejumlah bauran kebijakan bank sentral, seperti intervensi di pasar valas untuk menstabilkan Rupiah dengan transaksi spot.

Baca Juga  Mendag: Aset Kripto Kini Dikelola OJK

Pasar juga mencermati perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Penerbitan operasi moneter valas baru untuk mendorong penempatan Dana Hasil Ekspor (DHE) di bank dalam negeri, dan insentif GWM mulai 1 April 2023.

“Sementara itu, dalam sebuah konferensi kemarin, pemangku kepentingan di bidang energi mengatakan bahwa bahan bakar fosil akan tetap menjadi sumber energi utama di tengah upaya mencapai net zero emission,” tulis Handiman Soetoyo.

Sementara itu, Bursa AS turun lebih dari 1% setelah Leading Economic Index dari Conference Board turun 1% pada November. Angka ini lebih besar dari perkiraan negatif 0,5%, sehingga memberikan sinyal resesi dapat terjadi pada 2023.

Penurunan IHSG terjadi di hampir semua sektor. Mulai dari pasar tenaga kerja, manufaktur, hingga perumahan, yang mencerminkan tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi.*

Jumat (23/12/2020)
Editor: Erna Sari Ulina Girsang
email: ernasariulinagirsang@esensi.tv

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life