Ekonomi

Indonesia Muncul Sebagai Eksportir Baja Terbesar Dunia Setelah Larang Ekspor Bijih Nikel

Kebijakan Pemerintah melarang ekspor bijih nikel telah menjadikan Indonesia muncul sebagai negara eksportir baja terbesar dunia.

Padahal, sebelumnya Indonesia adalah net importir baja alias negara produsen baja, tetapi karena jumlahnya kurang, sisanya masih dibeli dari luar negeri.

Kepala Ekonom Group Research Economics & Macro Strategy DBS, Taimur Baig, mengatakan larangan ekspor bijih nikel mentah menyebabkan peningkatan tajam dalam pembangunan smelter.

Pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel memproduksi feronikel olahan dan nickel pig iron.

Dia mengatakan feronikel dan nickel pig iron merupakan bahan utama untuk memproduksi baja tahan karat.

Karena kapasitas terus ditambah, jelasnya, Indonesia telah muncul sebagai produsen baja nirkarat terbesar dan eksportir baja terbesar dalam dua tahun terakhir.

“Ini sebuah pergeseran besar dari menjadi net importir logam olahan di masa lalu,” ujar Kepala Ekonom DBS ini.

“Industri lain yang mendapat manfaat dari cadangan ini adalah kendaraan listrik, terutama untuk baterai,” sambung Taimur Baig

Kebijakan ini, menurutnya, akan menguntungkan Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Hingga saat ini, data menunjukkan Indonesia masih menguasai 23,7 persen dari cadangan bijih nikel global.

Eksportir Baja Terbesar Dunia Dampak Hilirisasi

Program hilirisasi pertambangan dan mineral, batu bara dan bahan bakar, serta industri pertanian akan memperkuat perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

Langkah ini, jelasnya, untuk menarik investasi agar sumber daya alam langsung diolah dan diproses di dalam negeri

“Hasilnya,  sektor pertambangan dan mineral sudah dimasuki investasi senilai USD51,4 miliar,” ujar Taimur dalam laporan Indonesia 2023 Outlook: Setting sights higher, seperti dikuti Jumat (27/1/2023).

Dana ini berasal dari 69 perusahaan yang digunakan untuk membiayai pembangunan smelter sejak tahun 2015 hingga Kuartal ketiga tahun 2021.

Sedangkan di industri berbasis batu bara dan bahan bakar, dibangun proyek gastifikasi batu bara di Tanjung Enim dan Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Dia mengatakan investor mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan mempelajari dan menjalankan aturan regulasi dan administrasi.

Selain ketentuan hilirisasi, perusahaan juga diwajibkan mengikuti kaidah pembangunan berkelanjutan untuk kepentingan konservasi lingkungan.

Editor: Erna Sari Ulina Girsang
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv

Erna Sari Ulina Girsang

Recent Posts

Banjir yang Merendam 28 Kampung di Mahakam Ulu Kaltim Berangsur Surut

BANJIR yang melanda wilayah Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur sejak Senin (13/5) berangsur surut pada…

2 hours ago

Gunung Ibu di Halmahera Erupsi, Warga Tiga Desa Mengungsi

GUNUNG Ibu yang berada di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara erupsi pada Jumat, 17 Mei…

4 hours ago

Wahh… Ternyata Dunia Pendidikan pun Punya Kartel?

Dunia pendidikan saat ini sedang digemparkan dengan berbagai temuan perilaku akademisi. Disebutkan, ada akademisi asal…

6 hours ago

Manfaat Jalan Kaki Setiap Hari bagi Kesehatan Gen Z

Kesibukan Generasi Z saat ini semakin meningkat. Durasi pekerjaan atau aktivitas yang semakin tinggi pun…

7 hours ago

Tiga Nama Populer di Pilkada Jawa Tengah: Hendrar Prihadi, Sudaryono, dan Taj Yasin Maimoen

INDEKS Data Nasional (IDN) merilis hasil survei nama calon Gubernur Jawa Tengah pada Pilkada Serentak…

8 hours ago

Udara Jakarta Masuk Peringkat-5 Dunia Kota Terpolusi

Udara Jakarta masuk peringkat ke-5 dunia sebagai kota yang paling polusi. Sejak hari ini, Jumat…

9 hours ago