Categories: Ekonomi

Ini Kata Bankir tentang Peluang Indonesia Terkena Resesi

Tahun ini berbagai negara terancam masuk ke dalam jurang resesi global. Bahkan saat ini sudah ada puluhan negara yang dalam penanganan badan moneter internasional atau IMF karena ekonominya dalam kondisi sulit.

Indonesia sendiri yang pada tahun lalu diprediksi mengalami pertumbuhan di atas 5 persen, terus bekerja keras untuk menjaga ekonominya agar tetap tumbuh. Pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk menjaga kondisi perekonomiannya.

Lalu bagaimana tanggapan kalangan perbankan terkait apakah Indonesia masuk ke dalam resesi atau tidak?

Menurut Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso, kecil kemungkinan Indonesia masuk ke dalam jurang resesi. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki perekonomian yang solid.

Sunarso mengatakan, peluang Indonesia untuk masuk ke dalam jurang resesi sangat kecil, hanya tiga persen saja di tahun 2023 ini.

“Banyak negara punya peluang resesi di 2023 di atas 20 persen. Kita bangga Indonesia mampu mengelola ekonominya dengan baik, maka kita memiliki ekonomi yang solid dan peluang terjadinya resesi hanya tiga persen,” katanya dalam webinar “Tren Perbankan di Tahun 2023” yang dipantau di Jakarta, sebagaimana dikutip dari antaranews.com, Selasa (17/1/2023).

Ekonomi Indonesia ke depannya masih tetap kuat karena terkendalinya COVID-19 yang membuat aktivitas bisnis dan ekonomi kembali berjalan lancar, stabilitas harga komoditas, dan perbaikan peringkat investasi Indonesia.

Ke depan resesi ekonomi Amerika Serikat (AS), perlambatan ekonomi global, peningkatan tensi geopolitik yang menyebabkan diskusi rantai pasok, tekanan inflasi, dan peningkatan COVID-19 di China, masih menimbulkan ketidakpastian perekonomian global dan nasional.

Sementara itu tren industri perbankan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bonus demografi dimana pada 2030 sebanyak 64 persen dari total penduduk Indonesia merupakan penduduk usia produktif.

Kemudian perilaku nasabah yang semakin terdigitalisasi juga akan mempengaruhi perbankan, sebagaimana tampak dari peningkatan pembayaran digital hingga lebih dari 30 persen, sedangkan transaksi tunai turun menjadi hanya 10 persen.

“Kemudian tren penurunan kredit yield akan semakin menekan Net Interest Margin (NIM) bank akan semakin tertekan. Jadi di 2020 sekitar 10 persen, di 2022 enam persen, saya yakin akan terus menekan,” katanya.

Selanjutnya inflasi yang berpotensi direspons dengan kenaikan suku bunga acuan bank sentral akan mempengaruhi kebijakan perbankan yang kita tidak bisa serta merta menaikkan suku bunga karena berisiko meningkatkan Non Performing Loan (NPL).

“Utilisasi data dan teknologi juga akan mempengaruhi kinerja perbankan, termasuk kompetisi dengan perusahaan finansial berbasis teknologi. Persaingan semakin ketat dengan hanya pemain non-bank seperti fintech akan meramaikan industri di jasa keuangan,” ucap Sunarso. *

Editor: Addinda Zen

Junita Ariani

Recent Posts

Salim Said Mendayung di Dua Dunia: Pengamat Film dan Pakar Militer

Salim Said adalah sosok yang unik. Di satu sisi, dia adalah seorang pengamat film yang…

44 mins ago

Venus Itu Planet Seperti Apa Sih?

Venus, tetangga terdekat Bumi dalam Tata Surya, adalah planet yang penuh dengan keajaiban dan kontradiksi…

2 hours ago

Menko PMK Muhadjir Kritik Kenaikan UKT, Kebijakan Sembrono

SEJUMLAH perguruan tinggi negeri (PTN) secara tiba-tiba menaikkan uang kuliah tunggal (UKT). Tak heran belakangan…

2 hours ago

Taat ya… Sebelum 6 Juni, Jemaah Umrah Indonesia Harus Tinggalkan Saudi

Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meminta setiap jemaah umrah asal Indonesia untuk mentaati kebijakan pemerintah…

2 hours ago

Jan-Mei 2024, Hampir 200 Ribu Warga Jakarta Ganti NIK

Periode Januari hingga pertengahan Mei 2024, hampir 200 ribu warga Jakarta melakukan penggantian Nomor Induk…

2 hours ago

Begini Kesiapan Angkutan Haji 2024 Embarkasi Surabaya

EMBARKASI Surabaya akan memberangkatkan 106 kloter jamaah haji pada tahun 2024 dengan total 39.226 jemaah.…

2 hours ago