Home » Kisah Asal Mula Budaya dan Suku Bangsa Tionghoa

Kisah Asal Mula Budaya dan Suku Bangsa Tionghoa

by Erna Sari Ulina Girsang
3 minutes read
Ilustrasi Tahun Baru Imlek/Pixabay

ESENSI.TV - JAKARTA

Suku Bangsa Tionghoa saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Suku bangsa Tiongkoa identik dengan simbol-simbol unik dan memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat bijaksana dan mendalam.

Tahukah kamu bahwa sebenarnya suku Huaxu adalah nenek moyang pertama suku bangsa Tionghoa? Bagaimana silsilahnya? Baca baik-baik penjelasan dari Peminat Kajian Sejarah dan Budaya Kontemporer Kalimantan Barat, Syafaruddin Daeng Usman, seperti dilansir dari Kabar Kalbar berikut ini.

Nama Cina kuno adalah Huaxia, yang berarti tanah indah dan subur di dataran tengah. Huaxia merupakan kombinasi dari nama dua suku Tionghoa kuno, Huaxu dan Xia. Suku Huaxu lebih kuno daripada suku Xia. Merekalah nenek moyang pertama bangsa Tionghoa.

Sedangkan, suku bangsa Tionghoa juga dikenal sebagai huaren. Arti sebenarnya dari huruf hua adalah bunga. Lihatlah huruf kunonya. Bukankah terlihat seperti bunga yang berkembang. Dunia tanpa bunga akan terasa lebih membosankan. Kemudian, arti hua diperluas menjadi keindahan, kebaikan, dan kecerdasan.

Suatu hari, seorang gadis dari suku Huaxu berjalan-jalan di sepanjang Rawa Guntur. “Dari manakah asal jejak kaki besar ini?” Jejak kaki itu ditinggalkan oleh Dewa Guntur. Setelah kejadian itu, gadis tersebut hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Dialah nenek moyang bangsa Tionghoa, Fuxi.

Fuxi dikatakan memiliki kepala manusia dan tubuh ular. Nuwa, dewi yang menciptakan manusia dengan segumpal tanah liat, adalah adik dan istrinya. Fuxi menciptakan Delapan Trigram yang terkenal dan menurunkan pengetahuannya pada manusia. Ia mengatakan bahwa dengan menguasai prinsipt simbol ini, manusia akan memperoleh kebijaksanaan para dewa.

Nuwa memegang bulan di tangannya. Di bulan, ada katak legenda. Katak ini merupakan simbol Nuwa sebagai Dewa Bulan. Fuxi memegang matahari di tangannya. Di matahari, ada gagak emas. Gagak emas merupakan simbol Fuxi sebagai Dewa Matahari. Ekor yamg saling berkait menunjukkan bahwa mereka adalah pemberi makan manusia.

Delapan Trigram terdiri dari delapan simbol. Simbolnya adalah qian, ku , zhen, xun, kan, li, gen, dan dui. Simbol ini keihatan sederhana, tapi mengandung hukum dan prinsip yang mendalam. Delapan Trigram menyatakan bahwa alam raya bukan ciptaan para dewa, tapi terdiri dari delapan unsur dunia alam. Delapan unsur ini adalah langit, bumi, guntur, angin, air, api, gunung dan rawa.

Kaisar Kuning dan Kaisar Api

Bangsa Tionghoa sering menyebut dirinya keturunan Yanhuang. Yanhuang merujuk pada keturunan Fuxi Huang Di (Kaisar Kuning) dan Yan Di (Kaisar Api).

Baca Juga  Bersiap Tahun Baru Imlek di Depan Mata, Meriah dengan Jamuan Makan Malam dan Pesta Kembang Api

Huang Di memiliki empat wajah yang menghadap ke utara, selatan, timur, dan barat secara berurutan. Ia menguasai daerah Sungai Kuning dan menghentikan pertempuran yang berkepanjangan antarsuku. Ia menciptakan embrio sistim negara, membawa bangsa Tionghoa ke zaman peradaban.

Huang Di juga menciptakan kostum upacara penguasa, memakai jubah kuning dan hiasan kepala kuning. Kuning melambangkan warna tanah, menjadi warna khusus yang digunakan oleh raja dan kaisar. Huang Di memgajar rakyatnya memelihara hewan. Ia juga mengajar mereka membangun tumah, membebaskan mereka dari kehidupan di dalam gua.

Huang Di juga seorang tabib yang hebat. Generasi berikut menyusun pengetahuannya tentang seni penyembuhan dalam suatu naskah medis pertama yang berjudul Kitab Pengobatan Kaisar Kuning. Istri Huang Di, Leizu, memelihara ulat sutra untuk menghasilkan sutra yang digunakan untuk membuat pakaian. Setelah itu, manusia tidak lagi memakai kulit hewan dan daun daunan.

Cangjie, salah satu pejabat Huang Di, menciptakan tulisan. Penemuan ini memberi manusia alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Huang Di membuat ding, sejenis panci dengan dua pegangan, dan zhong camgkir tanpa pegangan, menetapkan aturan-aturan etiket dan menemukan kalender.

Adapun Yan Di, ia juga dikenal sebagai Shen Nong (petani suci). Sebagai bapak petani Cina, ia telah menyumbang banyak untuk peradaban Tionghoa. Yan Di mengajar manusia untuk menanam lima bini-bijian dan bertanj. Yan Di mencicipi ratusan tanaman, mengenali jenis-jenis yang bisa digunakan sebagai obat. Akibatnya, pengetahuan manusia tentang pengobatan herbal pun bertambah.

Yan Di menemukan qin (sitar), se (alat musik petik sejenis sitar), dan alat musik lainnya. Ia memberikan sumbangan besar terhadap permusikan Tionghoa. Yan Di juga membuat gerabah untuk menampung air, menyimpan makanan dan bji-bjian.

Bangsa Huaxia, Bangsa Tionghoa, dan suku lainnya berbaur dari waktu ke waktu menjadi satu ras, Bangsa Tionghoa Han. Di masa lalu, bangsa Huaxia percaya bahwa Dataran Rendah merupakan pusat dunia. Mereka menyebut tanah tempat mereka hidup Zhonghua (zhong berarti pusat) atau Zhongguo (Kerajaan Tengah).

Selain bangsa Tionghoa Han, ada bangsa minoritas, seperti Tibet, Mongol, Bai, Kazakh, dan Uighur. Mereka dikenal sebagai bangsa Tionghoa. Bagaimana jadi sekarang kamu sudah pahamkan asal usul budaya dan suku bangsa Tionghoa?*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life