Home » Ini Pandangan Muhammadiyah dalam Perkembangan Dinamika Politik

Ini Pandangan Muhammadiyah dalam Perkembangan Dinamika Politik

by Junita Ariani
1 minutes read
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam Rakernas Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, Sabtu (30/9/2023) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

ESENSI.TV - YOGYAKARTA

PP Muhammadiyah menggunakan pandangan multi perspektif dalam melihat berbagai dinamika perkembangan politik Indonesia saat ini. Termasuk menjelang Pemilu 2024.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan itu dalam Rakernas Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah. Rakernas digelar, Sabtu (30/9/2023) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

“Karena kita organisasi besar Islam yang memiliki signifikansi dan pengaruh dalam kehidupan dan kebangsaan, yang itu tidak bisa dibeli dengan kuantitas,” tutur Haedar.

Muhammadiyah kata Guru Besar Bidang Sosiologi ini, terus memperbaiki berbagai kekurangan yang ada dengan tujuan menjadikan organisasi ini yang terbesar di dunia.

Haedar mengingatkan, pihaknya harus menjaga kebesarannya dan tidak boleh rusak hanya karena faktor politik pragmatis. Saat ini Muhammadiyah menerapkan politik kebangsaan atau high politics.

“Ada politik kebangsaan yang dalam istilah kita itu politik kenegaraan. Dan ini sudah berlangsung lama, dan itu merupakan pilihan dan ijtihad politik,” tutur Haedar.

Ia meminta para kader persyarikatan pandai dan bisa meletakkan pandangan politiknya sebagaimana putusan yang telah disepakati oleh organisasi. Sebagaimana kehidupan lain, politik juga mengandung sisi praktis, dan idealis.

Baca Juga  GAMKI Diminta Jaga Situasi Politik Tetap Kondusif Jelang Pemilu 2024

“Lalu dinamikanya juga seperti dinamika kehidupan lain, yang tidak selalu linier. Karena selalu ada multi aspek yang saling mempengaruhi, maka itulah yang sering disebut cross cutting of interest,” katanya.

“Maka akan keliru jika memandangnya hanya dari satu sudut pandangan,” sambungnya.

Dalam sudut pandangan teologis, Muhammadiyah melihat politik sebagai urusan muamalah duniawiyah, seperti urusan ekonomi, dan seterusnya.

Berangkat dari pandangan tersebut, Muhammadiyah memilih jalur politik kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.

“Ini berbeda dengan pandangan integralistik atau utopis, bahwa politik itu sama dan sebangun dengan Islam itu sendiri. Atau yang sekuler, bahwa urusan politik sebagaimana urusan dunia, urusan politik harus dipisahkan dari urusan agama,” tutur Haedar. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Radja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life