Home » Jejak Sejarah Etnis Tionghoa di Museum Benteng Heritage

Jejak Sejarah Etnis Tionghoa di Museum Benteng Heritage

by Achmat
2 minutes read
Museum Benteng Heritage

ESENSI.TV - TANGERANG

Museum Benteng Heritage bisa menjadi alternatif wisata saat akhir pekan. Di museum ini, Anda akan menemukan banyak hal-hal unik di balik sejarah kehidupan etnik Tionghoa serta berbagai artefak masa lalu.

Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang, Banten. Wisatawan dari Jakarta bisa naik KRL Commuter Line dari Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Stasiun Tangerang. Jarak Stasiun Tangerang ke museum hanya 600 meter, sehingga Anda cukup berjalan kaki sekira 10 menit untuk menuju lokasi wisata ini.

Keberadaan Museum Benteng Heritage bertujuan untuk memberitahukan bahwa kaum Tionghoa sudah mendiami wilayah Tangerang sejak 1407. Rumah ini sempat dijadikan markas bagi organisasi perdagangan Tionghoa di Tangerang. Kemudian sempat dihuni satu keluarga bermarga Lao pada abad ke-19, sebelum akhirnya dibeli oleh Udaya Halim pada 2009 silam.

Udaya Halim alias Lim Cin Peng merupakan peranakan Tionghoa Tangerang. Kisah hidupnya layak untuk dijadikan motivasi. Pria kelahiran 26 Maret 1953 silam ini, ketika masih di bangku SMP pernah menjadi penjaga toko milik sang nenek di Pasar Baru dan Pasar Senen, Jakarta.

Sambil menunggu pembeli, biasanya ia rajin membaca buku yang dibelinya di tukang loak. Ia juga menyisihkan uang jajan dan ongkos oplet guna belajar bahasa Inggris. Udaya Halim tidak dibiayai orang tuanya sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga pendidikan terakhirnya hanyalah tingkat SMP.

Meski demikian, sedari kecil ia telah terlatih mencari pendapatan sendiri seperti menjual layang-layang buatan sendiri. Setamat SMP, Udaya Halim berusaha dengan mendirikan kursus bahasa Inggris yang kemudian berkembang pesat. Namun, ijazah SMP yang dimilikinya tidak memenuhi standar sertifikasi pemerintah.

Baca Juga  Jelajahi Nusa Dua Oasis Keindahan Bali

Karena itu, untuk dapat mendapatkan sertifikasi di luar negeri, Udaya mulai bekerja serabutan, antara lain pernah menjadi tukang foto, salesman, hingga desainer. Setelah memiliki dana yang cukup, ia berhasil pergi ke Bournemouth, Inggris, untuk mendapatkan sertifikat bahasa Inggris bagi lembaga kursusnya.

Pada tahun 1981, Udaya Halim berhasil mendirikan kursus bahasa Inggris bernama King’s English Course, kemudian berganti nama menjadi KING’S English & Education Centre (KING’S EEC). Keinginan Udaya terjun di dunia pendidikan sebenarnya untuk menolak stigma bahwa orang Tionghoa hanya cocok jadi pengusaha.

Kesuksesan itu tak membuatnya lupa dengan kampung kelahirannya. Ia kemudian menyulap bangunan tua yang berada di tengah Pasar Lama Tangerang itu menjadi Museum Benteng Heritage. Kini, Museum Benteng Heritage menampung koleksi berupa kebaya encim dan gambang kromong yang 80 persen instrumennya diserap dari Tiongkok. Kemudian, ada perkakas rumah, kecap Benteng khas Tangerang, dan artefak lain khas Tionghoa Peranakan. Salah satunya adalah surat menyurat O.K.T (Oey Kim Tiang), penyadur cerita silat dari Tangerang.

Tak hanya itu, bagi Anda yang ingin menikmati hidangan kuliner babah atau khas peranakan Tionghoa Benteng yang sangat spesial dan halal, Museum Benteng Heritage juga menawarkan paket-paket khusus. Paket kuliner tersebut antara lain untuk acara ulang tahun, sejit, reuni keluarga, penyewaan pakaian tradisional, hingga dapat dijadikan sebagai lokasi upacara perkawinan adat.

Untuk jadwal tour diadakan mulai dari pukul 10.00-17.00 WIB. Tour di Museum Benteng Heritage berlangsung sekitar 45 menit dengan jumlah setiap rombongannya dibatasi sampai dengan 20 peserta. Adapun jam buka museum ini setiap hari Selasa-Minggu, pukul 10.00-17.00 WIB, dan tutup setiap hari Senin.

 

Editor: Addinda Zen

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life