Perspektif

Kebutuhan Pemilih Pemula: Kampanye Canvassing Atau Kampanye Digital?

Kampanye Canvassing pada Pemilih Pemula

Kampanye canvassing merupakan inisiasi sistematis dari kontak langsung dengan individu yang biasa digunakan selama kampanye politik. Canvassing digunakan oleh partai politik dan kelompok isu untuk mengidentifikasi pendukung, membujuk yang ragu-ragu, dan menambahkan pemilih ke daftar pemilih melalui pendaftaran pemilih. Ini penting untuk operasi pemungutan suara. Ini adalah elemen inti dari apa yang disebut kampanye politik sebagai permainan atau lapangan.

Melalui metode canvassing, kampanye partai politik lebih dekat dengan pemilih pemula. Bisa berhadapan langsung dan berdiskusi dengan calon legislatif yang mengadakan kampanye. Pemilih pemula merupakan golongan rentan terkena black campaign yang merugikan partai politik tertentu. Metode kampanye canvassing memberikan peluang pemilih pemula bertanya langsung dan mengklarifikasi hal-hal yang disinformasi serta meningkatkan kredibilitas calon legistalif.

Penelitian di AS menunjukkan bahwa percakapan yang panjang dan terbuka memiliki potensi untuk mengubah pikiran orang. Jadi, pada saat sukarelawan membicarakan masalah yang berkaitan dengan swing voters (pemilih yang masih ragu) atau yang belum menentukan pilihan, mungkin lebih baik membiarkan diskusi daripada mempercepat skrip dan pindah ke pintu berikutnya.

Diskusi Pemilih Pemula Melalui Metode Canvassing

Pemilih pemula yang baru pertama kali memilih biasanya masih kekurangan informasi tentang calon legislatif, partai politik, dan sistematika pemilu. Melalui metode canvassing, pemilih pemula bisa diajak berdiskusi dengan calon legislaif tentang visi, misi, kinerja ke depan, hingga keunggulan caleg. Pemilih pemula bisa mengidentifikasi kelayakan caleg dalam memimpin dan tidak lagi memilih karena selaras dengan pilihan orang tua.

Pemilih pemula yang berada di usia muda dan produktif akan menghambat efektifitas kampanye canvassing ini. Kampanye dengan cara ini akan menyita waktu dan tingkat kesuksesannya rendah jika canvassing dilakukan secara door to door karena pemilih pemula cenderung tidak di rumah dan produktif di luar. Solusinya, kampanye canvassing dilakukan dengan cara diskusi terbuka minimal dalam lingkup kecamatan yang mengundang pemilih pemula. Diskusi publik ini menyampaikan visi, misi, dan program kerja calon legislatif yang direncanakan. Melalui rangkaian acara diskusi publik, pemilih pemula teredukasi tentang kontestasi politik dan pilihan yang pemilih pemula anggap terbaik.

Kampanye Digital pada Pemilih Pemula

Kampanye digital merupakan salah satu kegiatan menyampaikan ide/gagasan atau suatu pesan tertentu melalui media digital dalam rangka mewujudkan suatu tujuan dalam kurun waktu tertentu. Ini menjadi salah satu cara paling mudah dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, mengingat semua orang sudah mengenal teknologi dan sudah memiliki sosial media untuk berinteraksi satu sama lain. Kampanye digital dinilai cukup efektif karena dalam proses persebarannya membutuhkan waktu yang sangat singkat dan dengan biaya yang minim. Ide atau informasi yang akan disampaikan akan dengan mudah tersalur melalui media digital karena jangkauannya yang sangat luas dan dapat diakses kapan saja.

Menurut laporan APJII dan We Are Social pada tahun 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta penduduk. Direktur Pemberdayaan Informatika, Bonifasius Wahyu Pudjianto menyebutkan bahwa rata-rata setiap pengguna mengakses internet selama 8 jam 36 menit dalam sehari. Studi yang didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja mengetahui tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Kampanye digital menjadi alternatif yang baik dalam pelaksanaan kampanye kepada pemilih pemula. Pasalnya, pemilih pemula merupakan pengguna aktif internet.

Kampanye digital, jika dibandingkan dengan kampanye canvassing dalam transaksi pembiayaan, lebih menekan pengeluaran. Kampanye canvassing akan mengeluarkan biaya hingga milyaran. Meskipun kampanye digital lebih mudah dan murah, risiko kampanye digital juga ada. Risiko kampanye digital yakni, target kampanye tidak tertarik dengan isu perpolitikan atau bahkan kampanye tidak sampai kepada target pembaca. Ini disebabkan, persebaran informasi yang begitu cepat dan banyaknya konten lain yang lebih menarik bagi pemilih pemula.

Page: 1 2 3 4

Administrator Esensi

Recent Posts

Begini Penjelasan Lengkap Kemenperin soal Penumpukan Kontainer Impor di Sejumlah Pelabuhan Utama

TERJADI penumpukan kontainer di beberapa pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Belawan, dalam…

3 hours ago

Guru Besar UGM Kembangkan Pesawat Tanpa Awak, Ini Spesikasi dan Harganya

DOSEN Fakultas Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Gesang Nugroho, S.T., M.T.,…

4 hours ago

Bantuan 16 Ton BNPB untuk Warga Terdampak Erupsi Gunung Ibu Tiba di Halmahera

BANTUAN logistik dan peralatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mendukung upaya penanganan darurat bencana…

4 hours ago

DPP PAN Serahkan Rekomendasi Dua Nama untuk Maju di Pilkada Kota Yogyakarta dan Sleman

DPP PAN memberikan rekomandasi kepada dua kadernya untuk bertarung di Pilkada Kota Yogyakarta dan Sleman.…

5 hours ago

Anak ke 7 Matahari, Uranus

Uranus, planet ketujuh dari Matahari, adalah dunia yang penuh dengan keunikan dan keanehan. Dengan diameter…

5 hours ago

Planet Bola Biru? Namanya Neptunus!

Neptunus, planet kedelapan dan terjauh dari Matahari, adalah dunia yang penuh dengan misteri dan keindahan.…

8 hours ago