Home » Kembalikan Kejayaan Udang Windu, KKP Dorong Pengembangan Benih Hasil Pentokolan

Kembalikan Kejayaan Udang Windu, KKP Dorong Pengembangan Benih Hasil Pentokolan

by Junita Ariani
2 minutes read
udang windu

ESENSI.TV - JAKARTA

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu mengatakan, komoditas udang windu menjadi fokus perhatian.

Karena itu, UPT Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara diminta untuk segera memetakan strategi pengembangannya.

“Mendorong pengembangan udang windu mulai dari ketersediaan benih bermutu, hingga pengembangan budidaya di masyarakat,” jelas Tebe, sapaan Tb Haeru Rahayu.

Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/2/2023). Tebe mengatakan, inovasi pengembangan outlet pentokolan, harus didorong secara masif . Hal ini sebagai upaya merevitalisasi tambak tradisional.

“Kami punya tanggungjawab besar bagaimana mengembalikan kejayaan udang windu yang selama beberapa dekade terakhir masih terpuruk khususnya di Pantura Jawa,” terangnya.

Padahal udang windu ini menurut Kepala BBPBAP Jepara, Supito adalah udang asli Indonesia.

“Kami berpikir supaya usaha udang windu ini bisa memasyarakat lagi. Kesimpulannya perlu ada revitalisasi dari sisi manajemen produksi,” ujarnya.

Masalah utama tambak tradisional menurut dia, adalah kualitas lingkungan budidaya. Seperti terjadinya pembusukan dasar tambak, yang menyebabkan Survival Rate (SR) rendah.

Hal itu berdampak pada produksi yang rendah juga. Karena itu, perlu pengendalian dengan aplikasi probiotik lactobacilus dan penggunaan benih berkualitas dan adaptif.

Benih Hasil Pentokolan

Adapun benih yang digunakan menurut Supito, adalah ukuran tokolan (panjang minimal 1,2 cm) dari outlet pentokolan di dekat lokasi tambak.

Salah satu kelebihan menggunakan benih hasil pentokolan yakni bisa lebih awal memprediksi SR. Artinya, sejak awal akan diketahui kejadian atau masalah yang muncul dalam waktu 1-2 minggu.

Karena umur pentokolan hanya selama 1-2 minggu, sehingga lebih mudah dalam melakukan risk management.

Baca Juga  Penerimaan Pajak Capai Rp688,15 Triliun per April 2023, Menkeu: Tumbuh Moderat

“Dari aspek bisnis, dengan sistem pentokolan ini lebih efisien dibandingkan dengan tebar benur langsung,” paparnya.

Dikatakannya, jika menggunakan benur langsung (ukuran panjang 10 mm) dengan harga per ekor rata-rata sampai lokasi tambak sekitar Rp30 per ekor, tetapi SR nya hanya 10%.

Artinya, secara ekonomi harga benih yang dibeli mencapai Rp300 per ekor. Tapi kalau menggunakan tokolan (ukuran panjang minimal 1,2 cm), dengan harga misalkan Rp60 per ekor, target SR 50%, maka harga benih hanya sekitar Rp120.

Artinya, harga tokolan ini lebih murah dibanding benur dengan tingkat SR yang sangat rendah.

Menurut Supito, ada 5 standard yang menentukan pengembangan udang windu yakni benur yang bebas penyakit, Surat Keterangan Asal Benur (SKA).

Ketiga, penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pentokolan, SOP pembesaran, dan pendampingan teknis.

“Terkait masalah benih, kami di tahun ini mulai merancang action plan untuk pemuliaan udang windu dengan menggandeng pakar genetik,” jelasnya.

Edi Supriyanto, seorang pembudidaya udang windu di Kabupaten Sidoarjo, mengaku mendapatkan hasil yang signifikan setelah memakai benur hasil pentokolan.

“Setelah menggunakan tokolan panen kali ini mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Peningkatannya bisa 100 persen”, aku Edi.

Sejak tahun 2022, BBPBAP Jepara mengembangkan inovasi pentokolan benih udang windu dengan membangun outlet pentokolan di kawasan budidaya udang windu.

Hingga saat ini terdapat 5 outlet pentokolan yakni di Kabupaten Brebes, Sidoarjo, Gresik, Kalimantan Barat, dan di Kota Tarakan.*

#beritaviral#beritaterkini

Editor: Junita Ariani

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life