Home » Kemenperin Ungkap Kendala Pengembangan Produksi Susu Segar di Indonesia

Kemenperin Ungkap Kendala Pengembangan Produksi Susu Segar di Indonesia

by Nazarudin
1 minutes read
susu segar

DIRJEN Industri Agro Kementerian Perindustrian menyatakan, saat ini tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar. Jumlah ini perlu dipacu lagi agar bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN.

“Apalagi, peluang peningkatan konsumsi susu di Indonesia masih sangat besar, yang membuat investor berlomba-lomba untuk meningkatkan investasi di industri pengolahan susu,” katanya dalam keterangannya di Bali, dikutip dari laman Kemenperin, Jumat (24/5).

Namun di sisi lai, diperlukan langkah untuk menjaga ketersediaan bahan baku. “Sebab, kondisi saat ini, hanya sekitar 20 persen bahan baku susu yang dipasok dari dalam negeri,” ungkapnya.

Dia mengatakan,masalah ini disebabkan laju pertumbuhan produksi susu segar di dalam negeri, yaitu sebesar rata-rata 1 persen dalam enam tahun terakhir. “Kondisi ini tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 5,3 persen,” sebut Putu.

Menurut dia, kendala utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia (sekitar 592 ribu ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12 liter per ekor per hari), dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).

“Pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan,” imbuhnya. Selain itu, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

Baca Juga  Mei 2024, Total Populasi Kendaraan listrik di Indonesia 144.547 Unit

Oleh karenanya, guna mengatasi berbagai persoalan dalam pengembangan SSDN, diperlukan dukungan dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada penanganan di sektor hulu baik koperasi susu dan peternak sapi perah. Misalnya, Kemenperin telah memberikan bantuan sebanyak 84 cooling unit kepada 68 koperasi susu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Pada tahun 2021, kami telah membantu mendirikan Milk Collection Point (MCP) di koperasi susu di Pengalengan, Jawa Barat, dan pada tahun 2022 kami melakukan digitalisasi di 40 tempat penerimaan susu (TPS) di Jawa Timur sebagai implementasi program industri 4.0 untuk memantau kualitas susu secara real time,” tutur Putu.

Menurut dia, keberhasilan pengembangan SSDN memerlukan kolaborasi berbagai pihak. Contohnya, Kemenperin terus mendorong industri pengolahan susu untuk ikut hadir dan berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah persusuan di sektor hulu, khususnya melalui program kemitraan yang saling menguntungkan dengan koperasi susu dan peternak sapi perah rakyat.

“Pola kemitraan ini sangat penting, antara pelaku industri dengan peternak, untuk peningkatan populasi peternak dan sapi perah serta memfasilitasi bantuan sarana prasarana penunjang produksi. Selain itu juga perlu adanya pelaksanaan program pelatihan SDM peternak terkait Good Agricultural Practices untuk peningkatan produktivitas peternak,” jelasnya.

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life