Home » Kenapa Disebut Gunungkidul? Begini Asal Usul dan Sejarahnya

Kenapa Disebut Gunungkidul? Begini Asal Usul dan Sejarahnya

by Lala Lala
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Wilayah Gunungkidul menjadi salah satu daerah di Jawa Tengah (Jateng). Dari temuan-temuan arkeologi, kawasan Gunungkidul diperkirakan telah dihuni oleh manusia atau Homo Sapiens sejak 700 ribu tahun lalu.

Banyak ditemukan petunjuk keberadaan manusia yang ditemukan di gua-gua dan ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunungkidul, terutama di Kecamatan Ponjong. Kecenderungan manusia menempati Gunungkidul saat itu disebabkan sebagian besar dataran rendah di Yogyakarta masih digenangi air.

Kedatangan manusia pertama di Gunungkidul terjadi pada akhir periode Pleistosen. Saat itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melewati lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga akhirnya mencapai pesisir pantai selatan Gunungkidul melalui jalur Bengawan Solo purba.

Lalu bagaimanakah asal-usul Gunungkidul? Menurut beberapa sumber, ada sejarah panjang mengenai berdirinya salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DYI) ini.

Gunungkidul memiliki memiliki pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Wilayah Gunungkidul memiliki luas mencapai 1.485,36 km2.

Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo di bagian utara, Samudra Hindia di bagian selatan.

Sedangkan pada bagian timur terdapat Wonogiri, dan Sleman pada bagian Barat.

Sementara itu, sejarah nama Gunungkidul berasal dari penamaan bahasa jawa. Gunungkidul memiliki arti gunung yang berada di wilayah selatan.

Selain itu, nama itu sesuai dengan lokasi Gunungkidul yang berada di bagian selatan Pegunungan Sewu. Daerah Gunungkidul sebagian besar berupa perbukitan dan pegunungan kapur.

Baca Juga  Sejarah Kapal Selam yang Penting untuk Jaga Kedaulatan Negara

Pada dahulu kala Gunungkidul masih menjadi hutan belantara. Menurut beberapa sumber, saat itu ada segerombolan orang yang lari dari daerah Majapahit. Kemudian terdapat sebuah desa bernama Pongangan.

Desa Pongangan berada dibawah pimpinan R. Dewa Katong saudara Raja Brawijaya. Setelah R. Dewa Katong pindah ke daerah utara, Desa Pongangan dipegang oleh sang anak bernama R. Suromejo.

Setelah R. Suromejo memimpin Desa Pongangan, desa itu pun semakin maju dan berkembang. Desa Pongangan semakin hari semakin ramai oleh penduduk yang berdatangan. Namun kemudian dia memilih pindah ke Karangmojo.

Dia pun meminta Senopati untuk membuktikan kebenaran adanya perkembangan di daerah tersebut karena daerah Gunungkidul masih berada di wilayah kekuasaan Sunan Amangkurat Amral.

Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso menasehati R. Suromejo untuk meminta izin kepada Sunan Amangkurat Amral, tetapi ia menolak. Akhirnya terjadi peperangan yang tidak bisa dihindari. Peperangan ini menewaskan R. Suromejo dan dua anak lainnya.

Satu anak R. Suromejo yang masih hidup, Mas TumenggungPontjodirjo, menyerahkan diri kepada Sunan Amangkurat Amral.

Mas Tumenggung Pontjodirjo pun diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I. Namun sayangnya pemerintahan Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak bertahan lama. Lalu Gunungkidul pun dibagi menjadi beberapa daerah pada 13 Mei 1831.

 

Editor: Darma Lubis

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life