Home » Kepala BMKG: Ancaman Krisis Pangan Bukan Sekedar Isapan Jempol

Kepala BMKG: Ancaman Krisis Pangan Bukan Sekedar Isapan Jempol

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Kepala BMKG: Potensi Kerugian Ekonomi karena Perubahan Iklim Capai Rp 544 T/Setkab

ESENSI.TV - JAKARTA

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan ancaman krisis pangan sebagai dampak dari perubahan iklim bukan sekadar isapan jempol.

Kencangnya laju perubahan iklim berdampak pada ketahanan pangan nasional, yaitu hasil panen menurun hingga gagal tanam.

Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan temperatur bumi secara global saa ini  naik 1,2 derajat celsius.

Dia mengatakan angka ini jangan dipandang remeh karena ini adalah angka yang besar dan mematikan.

“Banyak fenomena ekstrem, bencana hidro-meteorologi yang diakibatkan pemanasan global tadi,” jelas Kepala BMKG, dalam keterangan tertulis di laman resmi BMKG, dikutip, Senin (10/7/2023), dari Focus Group Discussion (FGD) Perhimpunan Agronomi Indonesia di Jakarta, pekan lalu.

Kelaparan Adalah Ancaman Nyata

Dwikorita mengatakan bencana kelaparan sebagaimana yang diprediksi organisasi pangan dunia FAO akan terjadi di tahun 2050 adalah ancaman nyata.

Situasi ini bukan hanya menjadi ancaman bagi Indonesia atau terbatas negara-negara berkembang saja.

Melainkan seluruh negara-negara dunia menghadapi ancaman yang sama jika tidak ada langkah kongkrit untuk mengatasi krisis iklim.

Tahun 2050 mendatang jumlah penduduk dunia diperkirakan menembus angka 10 miliar.

Baca Juga  Menkeu Paparkan Sejumlah Instrumen Pemerintah Atasi Perubahan Iklim

Jika ketahanan pangan negara-negara di dunia lemah, maka akan terjadi bencana kelaparan akibat jumlah produksi pangan yang terus menurun sebagai dampak dari perubahan iklim.

Tidak sedikit, jelasnya, yang beranggapan bahwa ancaman perubahan iklim dan krisis pangan belum terlalu terlihat di Indonesia.

Hal ini karena ketersediaan sumber daya alam masih cukup melimpah.

Sedangkan, kondisi geografis Indonesia memungkinkan produksi pertanian tetap berjalan sepanjang tahun.

Namun, dia menilai jika situasi iklim global saat ini tidak direspon secara serius maka Indonesia bisa terlambat untuk mengantisipasi bencana kelaparan pada tahun 2050.

Ketahanan pangan nasional Indonesia, lanjut Dwikorita, dihadapkan pada tantangan besar.

Yaitu kenaikan populasi penduduk di tengah produksi pangan yang cenderung stagnan.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa jika tidak ada intervensi kebijakan, potensi kerugian ekonomi di Indonesia (2020-2024) mencapai angka Rp544 triliun akibat dampak perubahan iklim.

Kebijakan ketahanan iklim diharapkan menjadi salah satu prioritas pembangunan.

Hal dapat menghindari potensi kerugian ekonomi sebesar Rp281,9 triliun hingga tahun 2024 mendatang.*

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life