Belanja konsumen diperkirakan melambat selama tiga bulan pertama tahun ini atau Januari hingga Maret 2023, menyusul kenaikan inflasi dan langkah Bank Indonesia memperketat kebijakan moneter.
“Kenaikan suku bunga dan inflasi kami perkirakan akan mengurangi belanja konsumen di Kuartal I/2023”, ujar analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, dalam laporan bertajuk Macro Update , Rabu (11/1/2023).
Rully mengatakan inflasi diharapkan dapat dikelola kembali ke level 3,1 persen plus minus satu. Pengendalian inflasi, jelasnya, sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kepercayaan konsumen.
“Opini kami adalah membawa kembali inflasi ke 3,1 persen plus minus satu sangat penting untuk mengelola kepercayana konsumen,” jelasnya.
Dia mengekspektasikan Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan memperketat kebijakan moneter tahun ini untuk mengelola inflasi agar tidak keluar dari target.
Selain mengatasi dampak dari dalam negeri, bank sentral juga mengantisipasi respons pelaku pasar terhadap kebijakan sejumlah otoritas moneter dunia, terutama Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, yang juga berencana menaikkan suku bunga acuan simpanan.
Suku bunga acuan bank sentral, BI 7-Days Reverse Repo diperkirakan akan naik selama Januari hingga Februari masing-masing 25 basis poin untuk mencapai target 6 persen.
Sementara itu, indeks penjualan ritel meningkat sebesar 6,3 persen menjadi 216,4 selama Desember 2022 dibandingkan angka pada November 2022.
Selama November 2022, indeks penjualan ritel tumbuh sebesar 0,4 persen MoM ke posisi 203,5.
Jika dibandingkan dengan Desember tahun 2021, indeks penjualan eceran meningkat sebesar 0,04 persen. Sedangkan, selama November 2022, tumbuh 1,27 persen dibandingkan angka selama bulan yang sama tahun 2021.
Kenaikan penjualan eceran selama Desember digerakkan oleh faktor musiman, terutama untuk kebutuhan kegiatan perayaan Natal dan Tahun Baru.*
Editor: Erna Sari Ulina Girsang