Home » Kualitas Udara Mengkhawatirkan, Jakarta Siapkan Alat Pemantau

Kualitas Udara Mengkhawatirkan, Jakarta Siapkan Alat Pemantau

by Addinda Zen
2 minutes read
Kualitas udara di Jakarta diketahui memburuk beberapa hari belakangan. Indeks kualitas udara (AQI) berkisar antara 120-148 setiap harinya.

ESENSI.TV - JAKARTA

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menjalankan kemitraan strategis dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia. Kemitraan ini dilakukan di bawah program Clean Air Catalyst (CAC). Program ini memperkenalkan tiga alat pemantau kualitas udara baru bertaraf reference-grade dan pemutakhiran peralatan di empat lokasi Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di wilayah DKI Jakarta. Alat pemantau ini memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas udara Jakarta.

Kemitraan strategis ini merupakan kemitraan global yang didukung US Agency for International Development (USAID) bersama konsorsium dari WRI Indonesia dan Vital Strategies di Jakarta.

Alat tersebut akan memberikan data yang lebih akurat terkait sumber polusi udara lokal, mengatasi perubahan iklim, yang nantinya akan melindungi kesehatan penduduk kota.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto menyampaikan, peralatan ini penting untuk menjawab permasalahan polusi udara di Jakarta.

“Peralatan pemantau kualitas udara merupakan alat penting yang dibutuhkan untuk mengukur dan menjawab permasalahan polusi udara di Jakarta. Alat ini akan memberikan data yang lebih akurat terkait polutan yang mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup dan membantu berbagai upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mempertahankan langit biru Jakarta,” jelasnya.

Faktor Polusi Udara Jakarta

Tahun 2022, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) DKI Jakarta menyebut, salah satu faktor pengaruh polusi Jakarta adalah 21 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Banten. Meski demikian, di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) ada sekitar 39 PLTU baru yang akan dibangun.

Penambahan PLTU diprediksi akan menghasilkan 83 juta ton emisi karbon per tahun selama 2021-2030. Ini akan memberikan dampak pada peningkatan suhu bumi maupun pemanasan global.

Baca Juga  Ke Bali, Presiden akan Tinjau SMK dan Buka World Hydropower Congress 2023

Clean Air Catalyst juga mengidentifikasi sumber emisi terbesar lain di Jakarta, yaitu sektor transportasi.

Peralatan pemantau kualitas udara baru akan dipasang di area-area yang belum memiliki cakupan pemantauan kualitas udara memadai. Ini termasuk daerah dekat komplek industri hingga daerah perairan untuk mengambil data dasar dari laut.

Lokasi-lokasi tersebut adalah Kantor Walikota Jakarta Barat, Kantor Walikota Jakarta Timur dan area pelabuhan yang mencakup gedung IPC Pelindo di Jakarta Utara.

Peralatan pemantau ini akan mengukur tingkat particulate matter (PM), tingkat black carbon, polutan iklim, dan jenis polutan berbahaya lainnya. Publik akan dapat melihat data dari peralatan ini setelah divalidasi melalui kanal JAKI, situs web Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, dan platform publik lainnya.

Dalam mengelola kualitas udara secara efektif, dibutuhkan informasi yang mumpuni dalam mengetahui sumber utama polusi.

Kualitas udara di Jakarta diketahui memburuk beberapa hari belakangan. Indeks kualitas udara (AQI) berkisar antara 120-148 setiap harinya. Angka ini masuk golongan tidak sehat bagi kelompok sensitif. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta yaitu 8,8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bersama MRT dan Transjakarta meluncurkan kampanye baru, “Untuk Udara Jakarta, Yuk Naik Transportasi Umum”. Kampanye ini bertujuan mengurangi polusi udara dan mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh kendaraan pribadi di jalan utama Jakarta.

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life