Home » Kurangnya Tenaga Kesehatan di Dunia

Kurangnya Tenaga Kesehatan di Dunia

by Administrator Esensi
3 minutes read
Permasalahan Layanan Kesehatan di Dunia

ESENSI.TV - PERSPEKTIF

World Economic Forum pada pertengahan April 2023 memublikasikan tulisan yang berjudul “What are the biggest health problems facing hospital staff today?”. Tulisan ini pada dasarnya membahas tantangan atau masalah pelayanan kesehatan masa kini di mana pandemi sudah mulai mereda.  Salah satu dasar analisanya adalah studi tahunan “The Ipsos Global Health Service Monitor” yang dilakukan tahun 2022 pada 23.507 responden dari 34 negara, termasuk Indonesia.

Kurangnya Tenaga Kesehatan

Publikasi World Economic Forum ini menyampaikan sepuluh masalah pelayanan kesehatan yang ada. Di urutan pertama adalah terbatasnya atau kurangnya tenaga kesehatan. Ini meliputi dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya. Jadi, bukan hanya di Indonesia, negara lain juga menghadapi masalah keterbatasan tenaga kesehatan ini.

Dalam hal ini WHO menyampaikan, dunia akan mengalami kekurangan tenaga kesehatan sebesar 10 juta orang pada tahun 2030, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO juga menyebutkan bahwa keterbatasan petugas kesehatan juga dihadapi berbagai negara dalam berbagai tingkat perkembangan sosial ekonominya. Baik dari sudut pendidikan, pengaturan lapangan kerja termasuk distribusi dan retensi ditempat kerjanya, serta juga kinerjanya.

5 Masalah yang Perlu Penanganan Seksama

Kita menyadari bahwa pelayanan kesehatan hanya akan dapat berjalan baik bila tersedia petugas kesehatan yang bermutu. Setidaknya, ada lima masalah yang biasa dihadapi dan perlu ditangani dengan seksama.

Pertama, kurang baiknya pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan. Kedua, adanya kesenjangan antara pendidikan dengan strategi distribusi penempatan tenaga, yang dihubungkan dengan sistem kesehatan yang ada serta kebutuhan masyarakat. Ketiga, tantangan dalam menempatkan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal, dengan segala keterbatasan sarana dan prasarananya. Keempat, untuk sebagian negara maka masalah yang dihadapi adalah migrasi tenaga kesehatan mereka yang pergi bekerja ke berbagai negara maju, sehingga negara asalnya kekurangan tenaga. Kelima, sebagian negara menghadapi masalah di mana sektor publik tidak dapat menyerap tenaga kesehatan yang tersedia. Ini karena keterbatasan anggaran mereka.

Di luar lima hal tersebut, ada juga berbagai masalah pelayanan kesehatan lain di dunia, seperti keamanan kerja tenaga kesehatan. Beberapa kali terjadi di negara kita belakangan ini,  antara lain terjadi di Nabire dan di Lampung Barat. WHO juga menyebutkan tentang peran sumber daya manusia pada sistem informasi kesehatan untuk menangani masalah pengaturan tenaga kesehatan ini.

Semua yang dibahas ini menunjukkan bahwa keterbatasan ketersediaan tenaga kesehatan adalah masalah penting dunia, dan terjadi di banyak negara, bukan hanya di negara kita. Aspek tenaga kesehatan memang amat kompleks dan untuk mengatasinya perlu kajian yang dalam. Penanganan yang dilakukan perlu menyeluruh, tidak parsial sifatnya.

Baca Juga  White House Down: A Heart-Pounding Action Thriller Set in the Heart of the Nation's Capital

Masalah Lain di Dunia Kesehatan

Selain keterbatasan tenaga kesehatan, publikasi World Economic Forum pada April 2023 menyebutkan masalah kesehatan lain adalah keterbatasan akses pada pengobatan dan masa tunggu berobat yang dirasa terlalu lama. Lamanya masa tunggu ini sedikit-banyak juga berhubungan dengan keterbatasan tenaga kesehatan yang sudah dibahas di atas.

Masalah kesehatan berikutnya adalah biaya pelayanan kesehatan. Di banyak negara, pelayanan kesehatan sudah terjamin oleh negara, atau dengan sistem asuransi sosial,  aspek biaya mungkin tidak terlalu masalah. Di sisi lain, cukup banyak negara yang biaya pengobatan dirasa amat memberatkan warganya.

Sesudah masalah tenaga kesehatan, keterbatasan akses, dan lama tunggu serta biaya kesehatan, masalah lain yang mengemuka dalam publikasi World Economic Forum ini secara berturut-turut adalah hambatan birokrasi. Terbatasnya investasi, termasuk untuk kegiatan preventif, populasi lansia, mutu pengobatan yang rendah, terbatasnya pilihan pelayanan dan rendahnya standar pelayanan.

Semua masalah dan tantangan ini menunjukkan bahwa penanggulangannya memerlukan kombinasi antara peningkatan investasi dalam tenaga kesehatan dan juga infrastruktur. Diperlukan juga upaya maksimal untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas pelayanan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Negara

Hal menarik lainnya, studi “The Ipsos Global Health Service Monitor” menunjukkan tingkat kepuasan responden terhadap pelayanan kesehatan di negaranya. Responden diminta menilai mutu pelayanan kesehatan yang dia dan keluarganya jalani di negara masing-masing.

“How would you rate the quality of healthcare that you and your family have access to in your country?”

Ternyata, 57% responden Indonesia menjawab, mutu pelayanan kesehatan kita adalah baik/sangat baik. Angka ini lebih tinggi dari jawaban responden Prancis (55%), Kanada (54%), Jerman (42%), Thailand (53%) dan Jepang (41%).

Sementara itu, negara dengan angka lebih bagus dari Indonesia adalah Saudi Arabia (79%), Australia (69%), Swiss dan Belanda (68%), serta Malaysia dan Amerika Serikat (66%).

Masalah pelayanan kesehatan memang punya dimensi yang luas. Perlu analisa mendalam dari situasi dan tantangan yang ada untuk ditemukan program yang tepat. Sangat baik jika masukan dan mungkin kritik dari pelaku kesehatan di lapangan dikaji secara cermat, karena pada dasarnya semua tentu bertujuan untuk pencapaian derajat kesehatan yang terbaik.

 

Prof. Tjandra Yoga A.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes

Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

 

 

Editor: Dimas Adi Putra

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life