Home » Langkah Jitu Komunikasi Politik dengan Cara Participative Campaign

Langkah Jitu Komunikasi Politik dengan Cara Participative Campaign

by Administrator Esensi
6 minutes read
Ilustrasi Kampanye di Sosial Media

ESENSI.TV - PERSPEKTIF

Bulan Februari 2024 adalah momentum paling sibuk di Indonesia, karena ada pemilihan umum. Oleh karena itu, tahun 2023 menjadi hari-hari paling sibuk bagi partai politik dan politikus untuk menarik simpatik dari masyarakat agar memilih mereka pada 2024. Akan ada begitu banyak tim kampanye dan strategi meraih hati masyarakat. Setiap partai politik dan kadernya harus memiliki strategi jitu dalam komunikasi politik.

Pemilihan umum di manapun pasti melibatkan paling tidak empat faktor, yaitu rakyat, partai, calon, dan dana. Tetapi, waktu dan tempat akan mempengaruhi urutan faktor mana yang terpenting. Urutan penyebutan di awal tulisan tersebut adalah urutan ideal yang dalam kenyataannya jarang terjadi.

Rakyat harusnya menjadi faktor terpenting, sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat yang kita anut dalam demokrasi. Lewat survei, dapat diketahui calon mana yang paling potensial dan apa yang akan menjadi bahan kampanye. Dalam masa kampanye, rakyat amat penting, karena itu harus didekati. Bisa jadi, ada sesuatu yang diberikan oleh partai dan calon pemimpin kepada rakyat. Namun, sebelum melakukan kampanye langsung ke rakyat, yang harus diperhatikan partai dan kadernya dalam komunikasi politik setidaknya ada dua hal, pertama how to see dan what to see.

Hal Penting dalam Komunikasi Politik

What to see itu contohnya politikus mau bicara tentang minyak goreng. Caranya bagaimana?

Maka, cara menyampaikan dan lewat media apa ke publik disebut how to see. Konten adalah raja, sebaran adalah ratu. Punya konten bagus, tidak bisa menyebarkan dengan baik maka tidak ada gunanya. Punya konten tidak bagus, tapi penyebarannya bagus, maka sama saja. Dua-duanya harus sama-sama jalan. Setiap partai harus mencari kelebihan kompetitif dari partai dan kadernya yang kemudian dimasukkan dalam konten.

Dari konten tersebut, diharapkan masyarakat dapat mengenal, mengetahui, menyukai, meyakini, mempercayai, dan memilih partai atau kadernya. Karena pentingnya komunikasi politik inilah, maka cara yang digunakan harus tepat sasaran. Pada dasarnya, orang memilih karena emosional dan rasional.

Umumnya partai politik dan politikus menggunakan conventional campaign ketika menghadapi pemilu. Cara ini yaitu ketika ada sebuah brand x (bisa berupa kebijakan, tokoh, komentar, bantuan) lalu dipublikasikan ke masyarakat lewat televisi, radio, koran, buku, banner, dan website. Langkah ini cukup mahal dan tidak efektif. Karena untuk iklan 30 detik di televisi saja bisa merogoh kocek mencapai Rp60-100 juta. Namun, menurut pakar iklan, Ipang Wahid, televisi masih ditonton sekitar 56 persen masyarakat Indonesia. Terutama ibu-ibu pecinta sinetron. Televisi dinilai tidak membutuhkan paket data internet.

Participative Campaign

Dalam tulisan ini, saya lebih menyarankan menggunakan langkah jitu komunikasi politik dengan model kampanye yang disebut participative campaign. Di mana sebuah brand, baik berupa tokoh atau kebijakan, dikomunikasikan ke masyarakat lewat berbagai cara. Memadukan cara lama dan model kampanye terkini dalam satu waktu.

Pertama, ada cara lama yaitu publikasikan brand di televisi, radio, cetak, banner dan internet. Cara ini sangat boros dan membuat sampah visual di ruang publik. Keamanan media kampanye juga sangat rawan. Jangkauan terbatas juga jadi permasalahan tersendiri. Namun, model ini masih sangat perlu untuk generasi yang tidak bermain media sosial, khususnya pemilih yang lahir di era 1940-1960.

Kedua, komunikasikan brand atau konten kampanye keberhasilan partai atau tokoh lewat media sosial seperti youtube, facebook, instagram, whatsapp, tiktok, twitter dan lain sebagainya. Komunikasi politik model ini sangat populer karena menggunakan komunikasi dua arah. Tokoh politik, partai atau admin dari media sosial partai bisa membalas komentar dan saran dari masyarakat. Komunikasi ini membuat masyarakat merasa memiliki kedekatan emosional.

Kekuatan Media Sosial Tiktok

Saat ini tiktok sedang naik daun. Hal ini bisa dilihat dari kesuksesan Ferdinand Marcos Jr. atau Bongbong Marcos dalam pemilihan Presiden Filipina pada 9 Mei 2022. Bongbong menang karena masif melakukan kampanye lewat tiktok. Padahal, ia anak koruptor terbesar Filipina. Semua ini pembentukan opini dan pembentukan persepsi lewat media sosial. Mongbong menargetkan kaum muda yang lahir setelah pemerintahan ayahnya, 1986. Dapat dikatakan, para generasi ini tidak merasakan kejamnya dinasti ayah Bongbong. Ferdinand Marcos Jr. banyak menolak debat terbuka dengan lawannya. Kampanye ia paling masif dilakukan lewat tiktok. Dilaporkan Time, Selasa (10/5/2022), salah satu video paling populer diposting oleh pemuda bernama Joey Toledo. Milenial itu membagikan video percakapan antara mantan menteri pertahanan Juan Ponce Enrile dan Ferdinand Marcos Jr. Enrile memuji-muji keamanan Filipina di masa kepresidenan Marcos Sr. Ia berkata, rakyat Filipina bisa meninggalkan rumah tanpa menguncinya dan masih tetap aman. Video itu meraih 92 ribu view.

Komunikasi Politik Melalui Media Sosial

Setiap partai politik yang kampanye, perlu mempertimbangkan keberhasilan Bongbong ini. Diprediksi, raja media sosial pada tahun 2024 adalah tiktok. Facebook biasanya dipakai orang-orang yang suka menulis panjang, nostalgia, reuni, dan memiliki jaringan alumni. Bagi orang yang suka foto dan gambar adanya di instagram. Twitter untuk orang yang kritis dan super sibuk. Sementara tiktok suka hal receh, tapi kerecehan ini yang buat ia populer. Dari sini kita tahu, bahwa konten yang kita buat untuk masing-masing media sosial adalah beda, agar tepat sasaran.

Komunikasi politik via media sosial, khususnya tiktok harus jadi perhatian khusus. Karena, menurut Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif, saat Indonesia Digital Outlook 2022, di The Westin, Jakarta, Kamis (9/6/2022), kini kurang lebih 77 persen penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Lebih dari separuh penggunanya adalah kelas menengah ke bawah yang suka konten sederhana, tidak berpikir berat, dan lucu. Oleh karenanya, partai politik dan kadernya harus menangkap momentum ini dengan membuat konten receh dan penuh kelucuan yang diposting di tiktok untuk menarik pemilih. Keberhasilan ini bisa dilihat dari lagu Denny Cak Nan di akun youtube-nya yang ditonton ratusan juta kali. Tak sedikit berawal dari potongan lagu di tiktok.

Baca Juga  Awas!!! Praktik Judi Online Manfaatkan Momentum Pemilu 2024

Kenapa Harus Receh?

Top Content All Channel

Menurut pakar iklan, Ipang Wahid, berdasarkan hasil riset timnya, diketahui bahwa top content all channel (tiktok, instagram, youtube) yang paling tinggi yaitu jokes, hal lucu, dan natural. Konten yang lucu bisa memiliki sebanyak 136.526.744 views atau 37,85 persen dari total 360.738.643 views. Jokes ini meliputi humor, comedy, dan lame jokes. Ini juga bisa dilihat dari program ‘Lapor Pak’ yang viral di media sosial karena kelucuan personilnya. Tokoh politik perlu main dan mengundang tokoh yang lucu, jika belum bisa membuat hal lucu secara alami. Trik ini bisa kita lihat dalam ulang tahun ke-8 Partai Perindo yang mengundang Cak Lontong untuk standup comedy.

Selanjutnya, konten media sosial yang populer lainnya yaitu konten collabs dengan 52.633.149 views (14,59 persen). Collabs yang dimaksud di sini yaitu kolaborasi bersama publik figur. Bisa dilihat, acara akun youtube ‘Vindes’ bersama Raffi Ahmad yang mengadakan pertandingan tenis. Pertandingan itu viral di media sosial berhari-hari.

Top konten berikutnya secara berurutan yaitu general (news, general activity) dengan angka 11,92 persen, family (activity with family) pada angka 10,33 persen, interaction (blusukan, public interaction), speech, trending (momentum event), dan events (government event, general event).

Khusus konten family, partai dan politikus bisa mengemasnya dengan bahasa hati, agar menarik masyarakat. Harus ada story telling. Jangan terlalu serius. Receh juga bisa mewakili ke-natural-an. Masyarakat bosan dengan sesuatu yang dipaksa tampil sempurna, tapi tidak sesuai keadaan. Politikus harus pandai membangun komunikasi politik lewat interaksi.

Alasan lainya kenapa harus konten receh yaitu, karena kultur masyarakat Indonesia yang srimulat, suka hiburan, dan lawak. Hal serupa juga terjadi di beberapa negara Asia. Waktu paling krusial dalam iklan yaitu 10 detik pertama. Kalau tidak menarik maka diskip (dilewati).

Key Opinion Leader dan Community

Komunikasi politik dengan cara participative campaign yang ketiga yaitu Key Opinion Leader (KOL). Cara komunikasi politik model ini yaitu menggunakan jasa orang yang punya pengaruh dan bisa menyebarluaskan materi kampanye, seperti Raffi Ahmad, Atta Halilintar, Denny Cak Nan, KH Anwar Zahid, Gus Miftah, dan Gus Kautsar. Namun, kelemahan model ini, tidak semua masyarakat mendengar konten kampanye meskipun disampaikan oleh tokoh publik. Mayoritas yang mendengarkan ucapan tokoh publik adalah fansnya. Metode ini tetap dianggap penting, karena tokoh seperti Raffi Ahmad punya pengikut 65,3 juta di instagram, akun youtube Rans Entertainment memiliki subscriber 24.4 juta, dan ada 10.7 juta pengikut di tiktok per tanggal 21 November 2022.

Keempat, community. Dalam komunikasi politik selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan adalah komunitas. Komunitas memiliki pengaruh besar dalam kampanye. Komunitas terbesar di Indonesia saat ini yaitu motor, setelah itu bola. Tokoh politik harus bisa masuk ke komunitas ini. Dalam hal ini, Bambang Soesatyo sudah berada satu langkah di depan karena menjadi Ikatan Motor Indonesia (IMI). Organisasi ini memiliki peran yang sangat strategis, IMI bertindak sebagai organisasi yang memfasilitasi industri olahraga-otomotif di seluruh provinsi. Bersama dengan pemerintah dalam mengintegrasikan dan bekerja sama di bidang pariwisata, sektor sosial, serta dalam industri otomotif. Pemerintah sebagai regulator kebijakan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh pihak swasta dan industri otomotif, IMI sebagai fasilitator.

Komunikasi Politik Melalui Komunitas Suporter

Komunitas suporter juga tidak bisa diremehkan. Berdasarkan laporan Fox Sport Asia pada tahun 2019, menyebutkan bahwa klub Indonesia memiliki suporter paling loyal di ASEAN. Pada Liga 1 2019/2020 lalu, supporter Persija bernama “The Jak Mania” tercatat memiliki kehadiran rata-rata di stadion berjumlah 24.303. Jumlah kehadiran tertinggi adalah 70.136, saat Persija bermain di Stadion Gelora Bung Karno. Posisi selanjutnya PS Sleman dengan rata-rata suporter yang datang ke stadion saat bertanding kandang sejumlah 18.909. Bali United (16.945), Persebaya (16.472), dan Persib (15.071). Dibandingkan klub Vietnam, Nam Dinh (15.000), Buriram United asal Thailand (13.558), dan klub Malaysia, Johar Darul Tazim (11.962). Belum termasuk suporter klub luar negeri yang ada di Indonesia. Ini memperlihatkan betapa komunitas suporter tidak bisa dianggap remeh.

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa saya lebih menganjurkan komunikasi politik lewat cara participative campaign. Sebuah konsep yang memadukan kampanye model lama via cetak, televisi, radio dan memanfaatkan media sosial. Selain itu, perlu ditambahkan kampanye lewat tokoh publik dan komunitas. Tak kalah penting, konten kampanye harus memuat hal yang sederhana, lucu, receh dan dibuat natural. Politikus perlu juga posting tentang pasangan hidup dan keluarga dengan bahasa cinta. Kemudian, diposting di tiktok dengan disertai lagu dan hashtag.

Semua hal yang tertulis di sini adalah usaha zohir berdasarkan pendapat para ahli. Oleh karenanya, perlu juga disertai usaha berupa doa. Agar semua berjalan lancar, mendapatkan hasil yang diinginkan.

 

Editor: Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life