Nasional

Mengenang Riyanto, Pahlawan Toleransi dari Mojokerto

“Riyanto”. Sebuah nama khas Indonesia. Jawa lebih tepatnya. Ayahnya bernama Sukarmin. Ibunya bernama Ngatiem. Beragama Islam meski namanya tidak keArab-araban.

Riyanto yang lahir di Kediri, 23 November 1975. Meski berasal dari keluarga sederhana, Riyanto yang tinggal di Mojokerto bersama keluarganya itu telah membuktikan wujud pengabdiannya pada kemanusiaan di Indonesia; sebuah negara yang terdiri dari banyak perbedaan ras, agama, suku dan golongan.

22 tahun lalu, tepatnya di malam Misa Natal tahun 2000, sebuah kisah pilu menjadi catatan sejarah di mana Riyanto menghembuskan nafas terakhirnya. Anggota BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) Nahdlatul Ulama ini didaulat turut serta mengamankan malam perayaan Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto.

Awalnya Misa yang berlangsung di gereja tersebut berjalan lancar. Tiba-tiba saja jemaat gereja melihat bungkusan mencurigakan. Riyanto yang kebetulan berada di dalam lantas menghampiri dan membuka isi bungkusan itu. Ternyata berisi bom rakitan.

Tanpa basa basi. Di dekapnya bom rakitan itu. Riyanto berlari sekuat tenaga. Mengeluarkan bom dari gereja. Barangkali saat itu, Rianto hanya berpikir jika bom meledak di dalam gereja, tentu banyak korban berjatuhan.

Tak ingin banyak jatuh korban, Riyanto terus berlari tanpa peduli nyawanya dalam ancaman. Meski Riyanto sadar, sebagai anggota BANSER, dirinya hanya diberi ijazah agar tidak kebal dibacok. Bukan dibom. Tapi baginya, dari pada jatuh banyak korban, lebih baik dia yang luluh lantah demi kemanusiaan.

Benar saja. Bom rakitan yang didekapnya meledak di luar gereja. Tubuh Rianto mental dengan kondisi yang tak bisa digambarkan. Anak tukang becak yang saat itu baru berusia 25 tahun berhasil menyelamatkan sekian banyak nyawa meski dirinya harus tutup usia di medan laga. Meski berbeda agama, bagi Rianto jemaat Gereja Eben Haezer Mojokerto adalah saudara sebangsa dan setanah air Indonesia yang patut ia jaga.

Riyanto telah menunjukkan nasionalismenya, buah dari kecintaan terhadap tanah airnya. Riyanto telah menyempurnakan keimanannya sebagai mana sabda yang diyakininya; “Hubbul Wathon Minal Iman. Cinta tanah air sebagian dari Iman.” Riyanto telah mengajarkan bagaimana sejatinya beragama dengan mengedepankan kemanusiaan.

 

Penulis: Imam Mudofar, Alumni Golkar Institute Batch 9.

Editor: Raja H. Napitupulu

Raja H. Napitupulu

Recent Posts

Vu Minh Anh, Mahasiswi Cantik asal Vietnam Lulus Cumlaude di UGM Yogyakarta

NAMANYA Vu Minh Anh. Dia adalah mahasiswi cantik asal Vietnam yang menjadi satu dari 1.423…

41 mins ago

Tiga Rest Area Garapan HKI di Trans Sumatra Segera Beroperasi, Mana Saja?

PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) sedang menggarap sejak Maret 2023 menggatap 10 proyek rest area…

1 hour ago

PLN Gandeng Masdar UEA Bentuk Kajian Ekspansi PLTS Terapung Cirata hingga 500 MWac

PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power (PLN NP) menjalin kerja sama dengan Masdar,…

2 hours ago

Longsor di Pegunungan Arfak Papua Barat, Empat Orang Meninggal

EMPAT korban meninggal dunia dampak dari tanah longsor yang melanda Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua…

3 hours ago

Mendekati Ujian Masuk Mandiri: Tantangan dan Persiapan

Para calon mahasiswa baru yang ingin masuk ke program studi olahraga di Universitas Negeri Jakarta…

5 hours ago

Kamu Bekerja? Siap-Siap Gajimu Dipotong Setiap Tanggal 10 Untuk Simpanan Tapera

Bagi kamu yang telah bekerja, kini bersiaplah bahwa gajimu bakal kena potongan tambahan untuk simpanan…

6 hours ago