Home » Menko Airlangga: Defisit APBN 2022 Lebih Kecil dari Target

Menko Airlangga: Defisit APBN 2022 Lebih Kecil dari Target

by Junita Ariani
2 minutes read
airlangga

ESENSI.TV - JAKARTA

Defisit APBN di tahun 2022 sebesar 2,38 persen dari target 4,5 persen menunjukkan konsolidasi fiskal lebih cepat dari amanat Undang-Undang (UU) 2 Tahun 2020.

“Itu artinya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2022 mencatatkan kinerja yang baik, yang terlihat dari defisit yang lebih kecil dibandingkan angka yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020,” kata Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Senin (16/01/2023), di Kantor Presiden, Jakarta.

Hal itu disampaikan Menko Airlangga usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Pendapatan negara, kata Airlangga, tercatat mencapai 115,9 persen dari target atau tumbuh 30,6 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh penerimaan pajak yang 115,6 persen atau tumbuh 34,3 persen.

Kemudian penerimaan pajak dua tahun berturut-turut melampaui target dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mencapai 122,2 persen atau tumbuh 28,3 persen.

“Belanja negara 95,5 persen (tumbuh 10,9 persen). Dan yang utama tentu belanja pemerintah pusat yang 98,8 persen. Ini terkait dengan subsidi energi, realisasinya tahun lalu 551,2 persen,” ujarnya.

Dikatakannya, realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp583,5 triliun atau turun 33,1 persen. Sedangkan realisasi pembiayaan utang sebesar Rp688,5 triliun atau turun 20,9 persen.

“Program PCPEN (Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional) telah dimanfaatkan secara optimal dan berdampak nyata untuk melindungi daya beli masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga  Dihadapan Mahasiswa Harvard, Menkeu Paparkan Upaya Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi

Dalam Sidang Kabinet Paripurna Presiden Jokowi menekankan agar belanja pusat dan daerah didorong untuk membeli produk dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk memitigasi risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengangguran dalam jangka pendek.

Terkait dengan penyerapan tenaga kerja, Menko Airlangga mengatakan, akan dilakukan optimalisasi belanja pusat daerah untuk program padat karya, baik di kota maupun desa.

Kemudian, memperluas kerja sama government to government dari program pekerja migran, kemudian inklusi keuangan, baik itu PNM maupun KUR, kemudian program upskilling maupun reskilling, seperti Kartu Prakerja.

Sementara dalam jangka panjang, Presiden menekankan agar terus dilakukan perbaikan industri secara struktural mulai dari hulu hingga ke hilir, yaitu rantai pasok, sumber daya manusia (SDM), riset dan pengembangan, hingga akses pasar.

“Terutama juga mempercepat perjanjian CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement), termasuk CEPA Eropa dan juga beberapa kerja sama dari pasar nontradisional,” imbuhnya.

Terkait peningkatan cadangan devisa, Airlangga mengungkapkan bahwa pemerintah akan melalukan revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.

“Ini nanti akan terus dimatangkan oleh kementerian teknis,” pungkasnya. *

Editor: Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life