Home » Nilai Ekonomi Digital Indonesia pada 2022 Bernilai USD77 Miliar, Ditopang e-Commerce

Nilai Ekonomi Digital Indonesia pada 2022 Bernilai USD77 Miliar, Ditopang e-Commerce

by Junita Ariani
2 minutes read
Gambir

ESENSI.TV - JAKARTA

Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2022 bernilai USD77 miliar atau tumbuh 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Data tersebut berdasarkan laporan e-conomy SEA 2022 Google-Temasek.

Bahkan diproyeksikan, nilai tersebut akan mencapai USD130 miliar pada 2025 dan terus tumbuh hingga USD220-360 miliar pada 2030.

Demikian disampaikan Sekretaris BKPerdag Kementerian Perdagangan (Kemendag), Hari Widodo pada acara Gambir Trade Talk (GTT) #9.

Kegiatan yang digelar Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag)  ini mengangkat tema ‘UMKM Menjadi Raja di Marketplace Lokal: Strategi dan Kebijakan di Jakarta, Senin (20/3/2023).

Kegiatan yang dilaksanakan secara hibrida ini diikuti sekitar 250 peserta. Terdiri dari pelaku usaha dan para pemangku kepentingan lainnya. Hadir sebagai narasumber, Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kemendag Rifan Ardianto.

Kemudian, akademisi dan Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FE Universitas Indonesia Chaikal Nuryakin. Pelaku UMKM dan Co-founderPositive Plus Consulting Dinar Sudianto. Sebagai moderator Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Domestik Rr. Dyah Palupi.

Adapun pendorong utama dari pertumbuhan nilai ekonomi digital menurut Hari, adalah sektor e-commerce (niaga elektronik/niaga-el). Dengan kontribusi lebih dari 76 persen pada 2022 dan diproyeksikan mampu mencapai USD95 miliar pada 2025.

Didominasi Merek Besar dan Impor

Hari menambahkan, UMKM memiliki potensi yang sangat besar dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, khususnya dalam masa pemulihan pasca pandemi.

Namun demikian, baru sekitar 32 persen pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform niaga-el untuk meningkatkan produktivitasnya. Karena itu, pemerintah menargetkan percepatan digitalisasi pada 30 juta pelaku UMKM onboarding ke ekosistem digital di 2024.

“Di Kementerian Perdagangan, berbagai strategi peningkatan kualitas perdagangan digital telah dilaksanakan,” kata Hari.

Di antaranya, pembinaan dan pendampingan UMKM, bantuan fasilitasi, sampai dengan fasilitator untuk meningkatkan edukasi terkait niaga-el bagi UMKM di seluruh Indonesia.

Selain itu, untuk memperkuat peningkatan daya saing UMKM, telah dilaksanakan juga beberapa program kemitraan melalui kerja sama dengan ritel modern dan akses pembiayaan.

Hari menegaskan, pemerintah terus berupaya agar UMKM tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan di era digital saja. Dengan jumlah yang sangat besar dan peran yang sangat penting, UMKM harus didukung agar mampu menguasai marketplace (lokapasar),khususnya di dalam negeri secara berkelanjutan.

Baca Juga  Prabowo: Membangun Dari Desa Jadi Strategi Utama Pembangunan Nasional

Direktur Continuum Indef, Omar Abdillah mengingatkan,  saat ini barang yang diperjual belikan oleh UMKM masih didominasi produk dari merek besar dan barang impor.

“Walaupun toko di niaga-el didominasi UMKM, sebesar 98,1 persen, namun barang yang diperjualbelikan didominasi produk-produk dari merek besar dan juga barang-barang impor,” tuturnya.

Berdasarkan riset data Continuum, kata Omar, indeks penetrasi produk UMKM lokal di sektor niaga-el Indonesia hanya 3,8 persen. Adapaun kategori pakaian wanita memiliki penetrasi produk UMKM lokal tertinggi dengan indeks penetrasi 18,9 persen.

Jeli Melihat Peta Permintaan

Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kemendag, Rifan Ardianto menyampaikan,  pengembangan ekosistem perdagangan digital bagi UMKM harus dilakukan bersama-sama. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, asosiasi, dan pelaku usaha.

Sementara, Kepala LPEM UI, Chaikal Nuryakin mengungkapkan, upaya mendorong kontribusi produk lokal oleh UMKM di lokapasar perlu didukung para produsen. Dengan, menghasilkan produk lokal yang berkualitas.

Pelaku UMKM dan Co-founder Positive Plus Consulting, Dinar Sudianto menambahkan, UMKM perlu jeli melihat peta permintaan. Dan, mempertimbangkan faktor biaya sebelum memilih untuk onboarding ke dalam lokapasar agar UMKM dapat mengambil keuntungan dari perkembangan perdagangan digital.

Secara terpisah, Kepala BKPerdag Kasandi menyampaikan saat ini jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64 juta. Atau kurang lebih mencapai 99 persen dari seluruh pelaku usaha di Indonesia.

Dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61 persen. Serta mampu menyerap tenaga kerja 97 persen.

Menurut Kasan, kegiatan ekonomi berbasis internet di Indonesia terus berkembang pesat semenjak pandemi Covid-19 merebak di awal 2020.

Sejak saat itu, berbagai kegiatan masyarakat secara masif bergeser dari kegiatan secara fisik (offline) menjadi virtual (online).

Kondisi ini kemudian mendorong munculnya berbagai ragam kegiatan ekonomi berbasis online untuk memenuhi  beragam kebutuhan masyarakat. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life