Home » Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil 15.000-16.000 per USD Tahun 2023-2024

Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Stabil 15.000-16.000 per USD Tahun 2023-2024

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Penerimaan pajak pada Januari 2024 telah mencapai Rp149,25 triliun atau setara 7,5 persen dari target APBN.

ESENSI.TV - JAKARTA

Nilai tukar Rupiah diperkirakan stabil di level 15.000 hingga 16.000 per USD pada tahun 2023 hingga 2024, menyusul penyesuain terhadap kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.

Sejak awal tahun, nilai tukar Rupiah masih bergerak di bawah 15.000 per USD. Hari ini, Jumat (27/1/2023) di level Rp14.958 per USD.

“Kami perkirakan USD/IDR akan stabil di level 15.000 – 16.000 pada tahun 2023-2024,” tulis Radhika Rao, Ekonom Senior DBS, seperti dikutip dalam laman resminya, Jumat (27/1/2023).

Dalam laporan berjudul Indonesia 2023 Outlook: Setting sights higher, Radhika, mengatakan penguatan dolar AS berakhir pada kuartal empat tahun 2022.

Hal ini terjadi karena ekspektasi untuk kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/the Fed) berkurang.

Dia mengatakan ekspektasi berkurang sebelum kenaikan suku bunga The Fed mencapai puncaknya di kuartal pertama tahun 2023.

Tahun 2023, jelasnya, BI menargetkan menurunkan inflasi ke target 2 persen hingga 4 persen dan Rupiah sekitar 15.000 per USD.

“Kami memperkirakan kebijakan suku bunga di Indonesia dan Amerika Serikat memuncak pada Kuartal I/2023,” jelasnya.

Jaga Nilai Tukar Rupiah, BI Perketat Kebijakan Moneter

Sementara itu, untuk meredam depresiasi Rupiah dari dolar AS dan mengatasi inflasi, Bank Indonesia diperkirakan mengelola kebijakan moneter ketat.

Baca Juga  BI Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Lewat Optimalisasi Pengelolaan Devisa

Presiden Joko Widodo juga menurunkan defisit fiskal menjadi 2,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Angka ini membaik menjadi ke bawah batas legal 3 persen terhadap PDB untuk pertama kali dalam empat tahun.

Dia menyebutkan Pemerintah Indonesia sempat kekurangan likuiditas dolar AS selama Covid-19 yang mewabah di awal tahun 2020.

Untuk mengantisipasi dampaknya, jelasnya, Indonesia sengaja mengurangi penarikan utang berdenominasi mata uang asing dengan memaksimalkan investasi Rupiah.

Utang Pemerintah Indonesia menjadi 14,3 persen dari total obligasi yang beredar pada November 2022 dari 38,6 persen tahun 2019.

“Oleh karena itu, Rupiah tertinggal di belakang depresiasi rata-rata di emerging mata uang Asia, sepanjang terjadi lonjakan nilai tukar dolar Amerika Serikat,” ujarnya.

Meskipun perlambatan global tidak akan terhindar dari perekonomian Indonesia, pertumbuhan mampu bertahan di 5 persen tahun 2023, ditopang pengeluaran rumah tangga dan investasi.

Prediksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Pemerintah dalam APBN 2023 yang menetapkan pertumbuhan ekonomi di sekitar 5,3 persen.*

Editor: Erna Sari Ulina Girsang
Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life