Pakar ekonomi energi asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menyebut, Indonesia memiliki sumber energi yang berlimpah. Menurutnya, rencana Prabowo Subianto untuk menghentikan impor serta menerapkan green energy merupakan pemikiran yang bagus dan ideal.
“Indonesia mempunyai resources cukup berlimpah ruah, salah satunya etanol. Kemudian juga ada sawit dan itu bisa dijadikan sebagai alternatif untuk bahan bakar minyak (BBM). Saya kira rencana Prabowo untuk stop impor BBM dan menggantinya dengan green energy suatu pemikiran yang cukup bagus dan ideal,” jelasnya, dikutip dari ANTARA, Sabtu (2/3).
Namun, Fahmy Radhi juga menyampaikan, Indonesia masih perlu waktu untuk menyiapkan teknologi untuk mengolah sumber daya alam Indonesia menjadi green energy. Ia menyebut, Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan asing yang telah memiliki teknologi, khususnya bidang minyak dan gas multinasional.
“Yang paling tepat bagaimana menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang punya teknologi. Apakah itu dari Amerika atau Eropa, atau bahkan China. Sekarang mereka punya teknologi,” jelasnya.
Pada 2023 lalu, pada acara Rakerda Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Jawa Barat (Jabar) 2023 di GOR C-Tra Arena Bandung, Prabowo menyebut Indonesia bisa menjadi satu-satunya negara di dunia yang bisa menghasilkan BBM dan mulai menerapkan green energy.
“Kita akan jadi satu-satunya negara di dunia yang bisa menghasilkan BBM semuanya dari tanaman dan ini adalah sehat. Ini yang dianggap nanti adalah BBM hijau, energi hijau, energi yang tidak bikin rusak lingkungan hidup,” ujar Prabowo.
Terkait energi hijau, Presiden Joko Widodo juga menyebut, investasi energi hijau dan energi biru yang ramah lingkungan dapat menjadi peluang Indonesia meningkatkan pemerataan pembangunan nasional. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2023.
“Sehingga peluang green economy harus ditangkap, yang namanya blue economy investasinya segera dikejar. Karena ke depan akan sangat sulit produk yang berkaitan tidak ramah lingkungan bisa diterima di banyak negara,” ujarnya.
Meski begitu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pernah menyebut, bahwa pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Indonesia masih sangat rendah, atau 0,5% dari EBT. Hal ini disampaikan dalam acara “11 Tahun Indonesia EBTKE Conex” tahun lalu.
“Ini memalukan pak Hilmi (Hilmi Panigoro Direktur Utama Medco Energy International) tidak sampai 1%. Pak Dirjen (Kementerian ESDM deh. DPR nanti tolong dorong-dorong terus ke Menteri ESDM (Arifin Tasrif). Kita punya banyak banget potensi, mau Air, Geothermal dan lainnya,” jelasnya, dikutip dari CNBC.
Editor: Raja H. Napitupulu
Salim Said adalah sosok yang unik. Di satu sisi, dia adalah seorang pengamat film yang…
Venus, tetangga terdekat Bumi dalam Tata Surya, adalah planet yang penuh dengan keajaiban dan kontradiksi…
SEJUMLAH perguruan tinggi negeri (PTN) secara tiba-tiba menaikkan uang kuliah tunggal (UKT). Tak heran belakangan…
Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meminta setiap jemaah umrah asal Indonesia untuk mentaati kebijakan pemerintah…
Periode Januari hingga pertengahan Mei 2024, hampir 200 ribu warga Jakarta melakukan penggantian Nomor Induk…
EMBARKASI Surabaya akan memberangkatkan 106 kloter jamaah haji pada tahun 2024 dengan total 39.226 jemaah.…