Home » Pemerintah Dianggap Super Tega Luncurkan LPG 3 Kg di Tengah Kelangkaan Elpji Subsidi

Pemerintah Dianggap Super Tega Luncurkan LPG 3 Kg di Tengah Kelangkaan Elpji Subsidi

by Junita Ariani
2 minutes read
ESDM Mulai Pendataan Pengguna Gas LPG Subsidi 3 Kg Biar Tepat Sasaran/Pertamina/Ist

ESENSI.TV - JAKARTA

Langkah pemerintah meluncurkan produk LPG 3 kg non subsidi bermerek Bright dengan harga yang lebih mahal dianggap sebagai tindakan yang “super tega”. Lantaran, masyarakat saat ini tengah kesulitan mendapatkan gas elpiji bersubsidi.

“Kebijakan itu akan membuat pengadaan dan pendistribusian LPG 3 kg bersubsidi semakin terbatas dan sulit. Ujung-ujungnya masyarakat dipaksa membeli LPG 3 kg non subsidi,” ungkap Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto.

Mulyanto memperkirakan hadirnya LPG 3 kg non subsidi itu akan meningkatkan tindak penyalahgunaan LPG 3 kg bersubsidi oleh pihak tertentu.

Mengingat selisih harga jualnya sangat besar. Dimana saat ini Pertamina menjual LPG 3 kg merek Bright seharga Rp56.000 terbatas di Jakarta dan Surabaya.

“Sementara gas melon 3 kg bersubsidi sebesar Rp20.000,” terang Mulyanto dalam siaran pers nya, Kamis (27/7/2023) di Jakarta.

Selama ini kata dia, salah satu modus penyimpangan gas melon bersubsidi yang ditemukan aparat adalah pengoplosan. Yaitu dengan memindahkan isi gas elpiji dari tabung melon 3 kg bersubsidi ke dalam tabung 12 kg non subsidi.

Modus ini tidak lain mengubah dari barang bersubsidi dijual menjadi barang non-subsidi yang berharga mahal.

Baca Juga  Inflasi Februari 5,47% YoY, Lebih Tinggi Dari Januari

“Adanya produk gas elpiji Bright berwarna pink berukuran 3 kg non subsidi ini, yang sama persis dengan gas melon 3 kg bersubsidi, akan semakin memudahkan pengoplosan. Apalagi marjinnya (selisih harganya) besar, mencapai Rp36.000 per tabung. Pengoplosan bisa semakin marak,” tambahnya.

Pengoplosan Gas Elpiji

Menurutnya, dari ukuran gas yang berbeda saja kerap terjadi pengoplosan gas elpiji. Apalagi kalau barang dan ukurannya serupa.

Hanya merubah warna tabung dari warna hijau melon ke warna pink, akan berubah dari barang bersubsidi menjadi barang non-subsidi. Ini tentu semakin rawan.

“Ini kan bentuk dualitas produk. Di mana komoditas yang sama, dijual dengan harga yang berbeda. Yang satu bersubsidi dan yang lain non-subsidi,” jelasnya.

Sebagai informasi, di tengah harga gas LPG dunia yang terus merosot hampir setengahnya sejak awal tahun 2022, harga LPG di Indonesia tetap bertahan.

Kenyataan di lapangan malah justru muncul kelangkaan gas LPG 3 kg dengan harga yang melejit. Sebagaimana terjadi di daerah seperti Balikpapan, Makasar, Bali, Banyuwangi, Sumbar, Sumut dan lainnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life