Home » Pengamat: Silicon Valley Bank Bangkrut, Dampaknya ke RI Kecil

Pengamat: Silicon Valley Bank Bangkrut, Dampaknya ke RI Kecil

Kasus SVB Menambah Percaya Diri Bank Konvensional

by Erna Sari Ulina Girsang
2 minutes read
Kantor Pusat Silicon Valley Bank

ESENSI.TV - JAKARTA

Pengamat pasar modal Hasan Zein Mahmud menilai dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank (SCB) tidak akan signifikan pada pasar keuangan Indonesia.

Seperti dikutip dari Informasi FDIC dalam laman resmi Silicon Valley Bank, bank berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat itu sudah ditutup per Jumat 10 Maret 2023.

Bank ditutup oleh Departemen Perlindungan & Inovasi Keuangan California dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

FDIC telah membentuk Deposit Insurance National Bank of Santa Clara (DINB) untuk memfasilitasi penyelesaian Silicon Valley Bank.

Untuk melindungi deposan, FDIC menciptakan Deposit Insurance National Bank of Santa Clara (DINB).

Melalui DINB deposan dapat mengakses simpanan yang diasuransikan dan membuka rekening di lembaga yang diasuransikan lainnya.

“Bagaimana dampaknya bagi Indonesia? Perkiraan saya minor saja. Atau tidak berdampak,” jelas Pengamat pasar modal Hasan Zein Mahmud, dalam diskusi di grup WA analis dan wartawan pasar modal, Senin (13/3/2023).

Dia mengatakan dampaknya kemungkinan terjadi dalam bentuk tekanan sementara pada harga saham-saham perbankan.

Namun, dia menilai tidak akan signifikan karena bank-bank besar di dalam negeri, mayoritas mencatatkan kinerja yang luar biasa.

Bank-bank besar di dalam negeri, tambahnya, memiliki peluang positif terhadap kebijakan kenaikan tingkat bunga.

“Terutama yang biaya dananya relatif rendah, baik karena produk yang terdiversifikasi, teknologi yang unggul dan basis penyimpan yang tersebar luas,” jelasnya.

Baca Juga  16-30 April, Harga Referensi CPO Capai USD932,69 Per MT, Menjauhi Ambang Batas

Kasus SVB Kokohkan Kembali Bank Konvensional

Di sisi lain, Direktur Bursa Efek Indonesia Periode 1991-1996 ini, justeru menilai kasus SVB mengokohkan kembali peran bank konvensional di atas bank digital.

Soalnya, perbankan digital harus membuktikan keunggulannya, terutama keunggulan ekonomis.

“Satu lagi, kami berharap ada blessing in disguise. Kasus SVB sedikit banyak akan melunakkan sikap hawkish The Fed. Paling tidak dalam pertemuan FOMC dua 22 Maret yang akan datang,” paparnya.

Lebih jauh, Hasan menjelaskan nilai kapitalisasi pasar SVB anjlok pada Jumat pekan lalu akibat seretnya arus kas masuk dari investasinya di start-ups dan venture capitalists itu.

Untuk mengantisipasi kesulitan likuiditas ke depan, SVB berencana melakukan penawaran umum saham baru.

Namun, para para deposan yang mengetahui kerugian dalam neraca SVB keburu melakukan rush.

“Tidak ada satu bank pun mampu bertahan, jika mayoritas pemilik dana sudah menarik uannya,” ujar Hasan.

Dalam waktu 48 jam SVB, bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat dan telah berdiri selama 40 tahun membukukan penurunan nilai saham besar-besaran.

Menteri Keuangan AS, Yellen mengumumkan tidak ada bail out dari Pemerintah Federal.

Perlindungan deposan diserahkan sepenuhnya pada mekanisme institusi keuangan itu sendiri plus kebijakan moneter.*

Email: ernasariulinagirsag
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life