Home » Penuh Perdebatan! Akhirnya AIPA Sepakati Pembentukan Komite Ad-Hoc Selesaikan Konflik Myanmar

Penuh Perdebatan! Akhirnya AIPA Sepakati Pembentukan Komite Ad-Hoc Selesaikan Konflik Myanmar

by Junita Ariani
2 minutes read
Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon saat memimpin Sidang Komisi Politik rangkaian Sidang Umum ke-44 AIPA yang diselenggarakan di Fairmont, Senayan, Jakarta, Selasa (8/8/2023).

ESENSI.TV - JAKARTA

Sidang Umum Komite Politik AIPA menyepakati pembentukan komite ad-hoc dalam upaya membantu Myanmar mencapai solusi damai dan berkelanjutan.

Penjelasan itu disampaikan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon, di Fairmont, Senayan, Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Fadli Zon sebelumnya memimpin Sidang Komisi Politik rangkaian Sidang Umum ke-44 ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA).

Fadli mengatakan diskusi berlangsung dinamis dengan berbagai masukan yang konstruktif dari para peserta sidang komisi politik.

“Tetapi, akhirnya kita bisa mencapai konsensus. Ada satu milestone yang penting, yaitu kesepakatan AIPA mengeksplorasi kemungkinan terbentuknya ad-hoc committee. Yang bisa menjadi bagian dari upaya untuk membantu proses perdamaian di Myanmar,” ungkapnya.

Fadli menyampaikan komitmen BKSAP DPR RI dengan segenap anggota AIPA dalam membantu terwujudnya perdamaian di Myanmar.

Dia menegaskan pentingnya diplomasi parlemen khususnya ASEAN dalam membantu penyelesaian konflik di internal Myanmar.

“Dua hal dari kita yang tadi menjadi bagian diperdebatkan akhirnya bisa disetujui menjadi resolusi dan akan dibawa di dalam pleno besok,” jelas Fadli.

Sebelumnya dalam sesi Komisi Politik, Indonesia mengusulkan dua draft resolusi. Pertama, draf resolusi menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan melalui dialog dan kerjasama.

Hal ini dimaksudkan untuk menekankan pentingnya penguatan kerjasama antar Negara Anggota ASEAN dalam semangat sentralitas dan persatuan ASEAN.

Baca Juga  Vonis Penjara 20 Tahun bagi Pewarta Foto Bencana

Sidang Pleno

ASEAN juga dinilai perlu meningkatkan upaya bersama dalam mengatasi berbagai masalah regional dan global yang kompleks. Yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Antara lain dinamika geopolitik di Laut China Selatan, perubahan iklim, krisis energi dan pangan, destabilisasi teknologi baru. Kejahatan transnasional, kekhawatiran akan kemungkinan perlombaan senjata di kawasan, serta krisis di Myanmar.

“Akhirnya resolusi ini bisa disepakati untuk dijadikan resolusi yang akan dibawa di dalam sidang pleno besok,” ujar Fadli.

Kedua, lanjut dia, draf resolusi kerja sama parlemen untuk mencapai perdamaian jangka panjang di Myanmar. Melalui resolusi ini, Indonesia menegaskan kembali semangat kolektif dalam memulihkan perdamaian dan demokrasi di Myanmar. Melalui implementasi Konsensus Lima Poin tentang Myanmar.

Resolusi tersebut diharapkan menjadi pencapaian bagi upaya menciptakan perdamaian di Myanmar. Apalagi Lima Poin Kesepakatan ASEAN yang disepakati pada 2021, hingga kini belum diimplementasikan pemerintah junta militer Myanmar.

Fadli juga berharap agar terbuka-nya akses bagi bantuan kemanusiaan (humanitarian assistance) di Myanmar.

“Jadi bantuan-bantuan itu ada, tapi sulit untuk sampai kepada pihak-pihak yang membutuhkan-nya di Myanmar. Karena ada blokade-blokade di berbagai tempat, ada halangan-halangan di berbagai tempat,” pungkasnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life