Home » Peringatan Hari Wanita Upaya Memperkuat Kesetaraan Gender di Indonesia

Peringatan Hari Wanita Upaya Memperkuat Kesetaraan Gender di Indonesia

by Lala Lala
4 minutes read
IWD 2

ESENSI.TV - JAKARTA

Peringatan Hari Wanita sebagai salah satu upaya memperkuat kesetaraan gender di Indonesia.

Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Tujuannya, untuk memperingati perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender dan hak-hak perempuan di seluruh dunia.

Sejarah Hari Perempuan Internasional dipengaruhi oleh berbagai peristiwa dan perjuangan perempuan di seluruh dunia.

Salah satu peristiwa penting yang dianggap sebagai cikal bakal Hari Perempuan Internasional adalah protes yang dilakukan oleh sekelompok perempuan buruh di Amerika Serikat. Tepatnya tanggal 8 Maret 1908.

Pada saat itu, perempuan buruh tersebut melakukan protes di jalan-jalan New York City menuntut hak-hak buruh dan hak pilih. Protes ini kemudian menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan perempuan di seluruh dunia.

Sejarah IWD

Pada tahun 1910, Konferensi Perempuan Internasional yang diadakan di Kopenhagen, Denmark, memutuskan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.

Tepatnya pada tanggal yang sama dengan protes perempuan buruh di New York, yaitu tanggal 8 Maret. Konferensi tersebut dihadiri oleh perempuan dari berbagai negara yang berjuang untuk hak-hak perempuan, termasuk hak pilih.

Pada tahun 1911, Hari Perempuan Internasional pertama kali diperingati secara resmi di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Saat itu ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk memprotes ketidakadilan sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi perempuan.

Perayaan Hari Perempuan Internasional kemudian menyebar ke negara-negara Eropa dan diadopsi oleh gerakan perempuan di seluruh dunia.

Selama Perang Dunia I, Hari Perempuan Internasional menjadi momentum untuk memprotes perang dan memperjuangkan perdamaian. Tahun 1917, perempuan-perempuan pekerja di Rusia turun ke jalan-jalan dalam demonstrasi besar-besaran. Peristiwa ini kemudian menjadi bagian dari Revolusi Rusia.

Demonstrasi tersebut memicu pemogokan umum dan akhirnya membawa Vladimir Lenin dan Partai Bolshevik ke tampuk kekuasaan.

Setelah Perang Dunia II, Hari Perempuan Internasional menjadi semakin penting sebagai momentum untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.

Pada tahun 1975, PBB mengeluarkan pernyataan bahwa Hari Perempuan Internasional akan diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Tujuannya sebagai pengakuan terhadap perjuangan perempuan di seluruh dunia.

Isu Seputar IWD

Setiap tahun, Hari Perempuan Internasional memiliki tema berbeda yang mencerminkan isu-isu penting yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia. Berikut beberapa tema yang diangkat selama beberapa tahun terakhir.

  • 2023: Embrace Equity
  • 2022: Break the Bias
  • 2021: Choose to Challenge – memilih untuk menantang diskriminasi dan bias gender
  • 2020: I am Generation Equality: Realizing Women’s Rights – merayakan 25 tahun Deklarasi dan Platform Aksi Beijing untuk mempromosikan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan
  • 2019: Think Equal, Build Smart, Innovate for Change – memperjuangkan kesetaraan gender dalam era digital
  • 2018: Time is Now: Rural and Urban Activists Transforming Women’s Lives – mempromosikan aksi global untuk menghapuskan kekerasan dan diskriminasi gender

Isu-isu yang diangkat selama Hari Perempuan Internasional mencakup beberapa masalah. Diantaranya, kekerasan seksual, kesenjangan upah gender, kesulitan akses perempuan ke pendidikan.

Berikutnya, akses kesehatan reproduksi dan hak reproduksi, serta kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Hari Wanita di Indonesia

Di Indonesia, perayaan Hari Wanita lebih dikenal dengan nama Hari Kartini. Yaitu untuk menghormati perempuan hebat Indonesia, R.A. Kartini, yang menjadi simbol perjuangan perempuan di Indonesia. Perayaannya dilakukan setiap tahun pada tanggal 21 April, sesuai hari kelahiran R.A Kartini.

Baca Juga  Agenda Menghadirkan Peran Negara

Perayaan Hari Wanita di Indonesia menjadi momen untuk memperkuat solidaritas perempuan dan mengadvokasi hak-hak perempuan yang masih terabaikan. Isu seperti pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan, ketimpangan ekonomi dan politik, serta kesenjangan pendidikan masih menjadi tantangan besar bagi perempuan di Indonesia.

Oleh karena itu, perayaan Hari Wanita juga menjadi panggilan untuk terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia.

Ketimpangan Gender

Ketimpangan gender atau kesenjangan antara laki-laki dan perempuan masih menjadi masalah serius di Indonesia. Walaupun beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun kesenjangan gender masih terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan partisipasi politik.

Namun begitu, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia terus membaik sejak 2015 hingga 2019. Pada 2015, tercatat sebesar 0,466 poin. Empat tahun kemudian skornya membaik menjadi 0,421.

Gambar Gender 2 page 0001

Indeks Ketimpangan Gender/IST

Membaiknya IKG Indonesia terdorong perbaikan lima indikator. Pertama, perbaikan proporsi persalinan tidak di fasilitas kesehatan. Kedua, naiknya persentase keterwakilan di parlemen.

Ketiga, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat. Keempat, proporsi penduduk usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan minimal SMA pada 2019. Dan terakhir, proporsi perempuan di bawah 20 tahun saat melahirkan hidup pertama trennya berfluktuatif.

Pendidikan adalah salah satu aspek yang menjadi sumber kesenjangan gender di Indonesia. Walaupun pemerintah telah memperbaiki akses pendidikan untuk perempuan, namun masih ada kesenjangan dalam hal akses dan kualitas pendidikan.

Data BPS tentang Perempuan

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat melek huruf perempuan di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan juga lebih sering putus sekolah, terutama pada jenjang pendidikan menengah atas.

Masalah kesenjangan gender juga terjadi di dunia kerja. Meskipun perempuan di Indonesia telah membuat kemajuan dalam hal partisipasi di dunia kerja, namun masih terdapat kesenjangan dalam hal upah, posisi, dan kesempatan kerja.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, rata-rata upah perempuan di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki bahkan pada posisi yang sama. Selain itu, perempuan juga lebih sering ditempatkan pada posisi yang kurang strategis dan tidak memiliki kesempatan untuk memajukan karir mereka.

Kesehatan juga menjadi masalah serius dalam hal kesenjangan gender di Indonesia. Perempuan di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Selain itu, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi dan perawatan maternal, masih menjadi masalah serius bagi perempuan di Indonesia.

Masalah ini juga menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia.

Partisipasi politik juga masih menjadi tantangan dalam hal kesenjangan gender di Indonesia. Walaupun terdapat undang-undang yang mendukung partisipasi perempuan dalam politik. Tetapi perempuan di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memasuki dunia politik, terutama di tingkat nasional.

Partisipasi perempuan dalam keputusan politik masih rendah dan terbatas, sehingga suara perempuan seringkali tidak terdengar dalam pembuatan kebijakan.

Untuk mengatasi masalah kesenjangan gender di Indonesia, diperlukan upaya yang serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat luas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi perempuan.

Berikutnya mengatasi diskriminasi dalam dunia kerja, memperkuat akses terhadap pelayanan kesehatan, dan memperluas partisipasi perempuan dalam keputusan politik.

Dewi Purwaningsih (Praktisi Pemberdayaan Wanita & Kesetaraan Gender Nasional)

Editor: Lala Lala

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life