Home » Presiden Terlibat Dalam Koalisi Partai. Ide Kebablasan kah?

Presiden Terlibat Dalam Koalisi Partai. Ide Kebablasan kah?

by Administrator Esensi
3 minutes read
jokowi2

ESENSI.TV - JAKARTA

Dari tiga calon presiden yang muncul ke permukaan sekarang, dua diantaranya suka tidak suka, mau tidak mau adalah all Jokowi’s man

Dua calon itu adalah Ganjar Pranowo yang diusung PDI Perjuangan dan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra. Sementara Anies Baswedan yang diusung  Partai Nasdem bukanlah ‘orang’ Jokowi.

Dari dua calon Jokowi’s Men, Ganjar adalah pilihan pertama Jokowi. Ini tidak heran karena ganjar adalah petugas partai PDIP seperti juga Jokowi. Sementara Prabowo, bekas rival Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 adalah pilihan kedua Jokowi, karena Prabowo kini menjadi anak buah Jokowi di kabinet.

Endorse Jokowi terhadap Ganjar sudah dilakukan secara masif dan terstruktur. Bahkan, pilihan Jokowi terhadap Ganjar sudah dilakukan sejak lama, sebelum penetapan Ganjar sebagai Capres PDIP beberapa waktu lalu.

Secara terang-terangan misalnya itu dilakukan Jokowi saat berpidato di hadapan ribuan relawan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (26/11/2022).

Jokowi mengatakan sosok yang memikirkan rakyat di antaranya adalah kelihatan dari penampilan. Satu di antaranya adalah berambut putih.

Hal itu disampaikan Jokowi sekaligus mengingatkan relawan agar berhati-hati memilih pemimpin pada 2024 mendatang. 

“Dari penampilan kelihatan, banyak kerutan karena mikirin rakyat, ada yang rambutnya putih semua, ada itu. Kalau wajah cling dan tak ada kerutan di wajah hati-hati. Lihat rambutnya, kalau putih semua, ini mikirin rakyat,” kata Jokowi.

Jokowi Mengundang Enam Ketum Parpol

Cawe-cawe Jokowi terhadap siapa penerusnya semakin tampak. Pada Selasa (2/5/2023) malam, Jokowi mengundang enam ketua umum partai politik (ketum parpol) koalisi pendukung pemerintah ke Istana Merdeka, Jakarta. 

Enam ketum parpol yang diundang Jokowi adalah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Pelaksana Tugas (Plt) Ketum PPP Muhammad Mardiono, dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

Kendati Jokowi dan semua ketum parpol yang diundang mengaku pertemuan itu membahas perkembangan ekonomi Indonesia pada masa depan. Namun patut dicurigai bila itu terkait dengan konsesi politik. 

Pertemuan yang Menyatukan Ganjar dan Prabowo

Bahkan, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy, mengatakan pertemuan itu salah satu diantaranya membahas mengenai gagasan koalisi besar, yaitu menyatukan Ganjar sebagai capres dan Prabowo sebagai cawapres.

Terlepas dari koalisi besar itu, yang diundang Jokowi di antara enam ketua parpol itu sama sama mengusung calon presiden masing-masing, yaitu PDIP dan Partai Gerindra, yang mana semua calonnya adalah All Jokowi’s Man. Jadi pertemuan itu bentuk intervensi nyata Jokowi terhadap suksesi kepemimpinan 2024.

Baca Juga  Satu Lagi Transportasi Massal Canggih, Presiden Akan Resmikan Kereta Cepat Jakarta Bandung 1 Oktober

Jokowi sendiri sudah membantah hal itu. Jokowi meminta publik mengerti soal peran gandanya tersebut. Mula-mula, dia menjelaskan bahwa pertemuan dengan para ketum parpol bukanlah untuk cawe-cawe (ikut campur) mengenai persiapan Pemilu 2024. 

Alasan Jokowi Mengundang Parpol ke Istana

Melainkan, hanya diskusi soal politik. Jokowi pun menegaskan bahwa dirinya boleh mengundang parpol ke istana.

“Kalau mereka (parpol) mengundang saya, saya mengundang mereka boleh-boleh saja. Apa ada konstitusi yang dilanggar dari situ ? Nggak ada,” ujar Jokowi di Sarinah, Jakarta, Kamis (4/5/2023).“Tolonglah mengerti, kalau saya ini politisi sekaligus pejabat publik,” tegasnya. 

Dalam kesempatan tersebut, mantan Wali Kota Solo itu pun mengatakan dirinya tak bermaksud cawe-cawe atau ikut campur soal persiapan parpol dalam menghadapi Pemilu 2024.

Jokowi menegaskan urusan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Pemilu 2024 merupakan urusan parpol.

“Bukan cawe-cawe. Itu diskusi kok cawe-cawe. Diskusi, saya ini kan iya pejabat politik. Saya bukan cawe-cawe,” katanya. 

“Urusan capres itu urusannya partai atau gabungan partai, sudah bolak balik saya sampaikan,” tambahnya.

Aktifnya Jokowi menggalang dukungan dan terlibat aktif dalam menentukan peta politik capres 2024, tampak kentara dibandingkan pada era Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilu 2014, yang mempertemukan Jokowi vs Prabowo. 

Pada waktu itu, SBY yang menjadi RI-1 cenderung lebih netral. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jusuf Habibie, bahkan Megawati sekalipun.

Namun apa yang dilakukan Jokowi tentu tidak lepas dari kepentingan PDIP perjuangan yang ingin memenangkan kadernya. Sementara Jokowi juga berkepentingan agar caleg yang terpilih adalah pilihannya, utamanya Ganjar atau Prabowo. 

Upaya Meneruskan Warisan Program Kerja

Hal ini terkait dengan misalnya upayanya meneruskan warisan – warisan program kerjanya diteruskan.

Jokowi sendiri memiliki PR yang masih cukup banyak diantaranya meneruskan proyek infrastruktur, dan UU Cipta Kerja. 

Selain itu, dengan memiliki penerus yang direstuinya, bisa memastikan karir politik trah Jokowi, seperti Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution bisa terus berlangsung.

 Editor : Addinda Zen

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life