Salah satu minuman tradisional khas Betawi yakni bir pletok masih kerap hadir di beberapa acara masyarakat Betawi. Meski namanya bir, namun minuman ini tidak memiliki kandungan alkohol yang memabukkan.
Menurut berbagai sumber, minuman ini sudah populer sejak zaman kolonial Belanda. Kala itu, banyak orang Eropa yang menetap di Jakarta suka minum bir dan wine untuk menghangat badan di waktu senggang.
Seolah tak mau kalah, warga pribumi pun akhirnya membuat bir versi mereka sendiri. Tentu saja, bir ini tidak mengandung alkohol. Minuman ini dibuat dari bahan godokan 13 macam rempah. Yakni jahe, jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam. Semuanya adalah bahan alami dan tidak menggunakan pengawet kimia sama sekali.
Adapun warna merah pada minuman ini berasal dari kayu serutan secang. Pada dahulu kala, minuman ini dikemas dalam tabung bambu. Sementara itu, dari mana kata ‘pletok’ itu berasal? Pertama bunyi pletok ini terdengar saat membuka botol wine. Tapi ada juga sumber yang mengatakan bunyi itu berasal dari bunyi yang keluar dari tabung bambu saat menyimpan minuman itu.
Bunyi pletok juga dikaitkan dengan es batu dari dalam teko yang berisi bir tersebut. Ada juga yang mengatakan jika bunyi pletok ini berasal dari kulit secang yang menjadi bahan minuman itu.
Saat ini, bir pletok sulit ditemukan. Bir pletok ini biasanya bisa dijumpai di pameran budaya Betawi atau bisa juga saat mengunjungi perkampungan Betawi seperti di Setu Babakan Jagakarsa.
Selain sebagai pemuas dahaga, bir pletok juga memiliki banyak manfaat. Yakni mengobati darah tinggim asma, asam urat, diabetes, maag, asam lambung, kolesterol, dan lainnya.
Editor: Darma Lubis