Home » Sebanyak 23 Juta Ton Plastik Berakhir di Danau, Sungai dan Laut

Sebanyak 23 Juta Ton Plastik Berakhir di Danau, Sungai dan Laut

by Administrator Esensi
3 minutes read
sampah plastik yang menjadi polusi udara

ESENSI.TV - JAKARTA

Dunia memang sedang dibanjiri oleh plastik. Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, setengahnya dirancang untuk digunakan hanya sekali. Dari jumlah itu, kurang dari 10 persen didaur ulang. Diperkirakan 19-23 juta ton berakhir di danau, sungai, dan laut.

Saat ini plastik yang terbuang itu menyumbat tempat pembuangan sampah kita, larut ke laut dan menjadikannya salah satu ancaman terbesar bagi planet ini. Banyak pula produk plastik mengandung aditif berbahaya, yang dapat mengancam kesehatan kita.

Ancaman Polusi Plastik Bagi Dunia

Polusi plastik adalah ancaman nyata yang berdampak pada setiap komunitas di seluruh dunia. Diproyeksikan oleh UNEP (“United Nations Environment Programme”) bahwa pada tahun 2040 akan terdapat 29 juta ton plastik masuk ke ekosistem perairan.

Tidak hanya itu, yang jarang diketahui adalah bahwa mikroplastik bisa masuk ke dalam makanan yang kita makan, air yang kita minum, dan bahkan udara yang kita hirup. Plastik juga ada yang dibakar menjadi asap beracun.

Ekosistem Perairan Berdampak pada Polusi Udara

Semua itu berkontribusi pada polusi udara, yang adalah kontaminasi udara lingkungan akibat berbagai bahan kimia, fisik (termasuk plastik) dan biologik. Polusi udara merupakan masalah kesehatan penting dunia, dan bahkan disebutkan sebagai ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan masyarakat dunia.

Polusi udara dan perubahan cuaca (“climate change”) saling berhubungan satu dengan lainnya, dan juga berhubungan dengan dampak gas rumah kaca (“greenhouse gases”).

Kadar Polusi Udara Menurut WHO

World Health Organization atau WHO menyampaikan bahwa 9 dari 10 orang didunia, hidup di lingkungan yang kadar polusi udaranya melebihi ambang batas. Juga disebutkan bahwa gabungan polusi luar dan dalam ruangan menyebabkan 6,7 juta kematian di dunia. Data lain bahkan menyebut angka lebih tinggi lagi. Disebutkan bahwa di tahun 2019 ada 4,2 juta kematian setiap tahun akibat polusi udara luar ruangan.

Lalu tahun 2020, ada 3,2 juta orang yang meninggal akibat polusi udara dalam ruangan. Negara kita juga menghadapi masalah yang sama. Laman Greenpeace Indonesia pada 14 Maret 2023 menuliskan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan polusi tertinggi se-Asia Tenggara berdasarkan laporan “World Air Quality (IQAir)” tahun 2022.

Indonesia Posisi-26 Negara Paling Berpolusi di Dunia

Lebih jauh, data IQAir mencatat, Indonesia berada di posisi ke-26 dalam daftar negara paling berpolusi di seluruh dunia. Laporan itu juga menyimpulkan, tingkat konsentrasi PM 2.5 harian Indonesia mencapai 30.4 µgram/m3 dan 36.2 µgram/m3 untuk Jakarta.

Angka ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas udara dibanding tahun sebelumnya, yakni 11 persen secara nasional dan 7 persen di lingkup Jakarta. Meskipun demikian, tingkat konsentrasi tersebut masih enam hingga tujuh kali lipat lebih tinggi dari standar yang ditetapkan WHO.

Sementara itu, laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan pada 4 April 2023 juga menyebutkan bahwa polusi udara menjadi masalah lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia di negara kita. Pasalnya, ada sejumlah penyakit respirasi yang diakibatkan polusi udara dengan prevalensi tinggi.

Baca Juga  Inspirasi Tak Terbatas: Cerita Seru di Balik Olahraga Paralimpik

Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Indonesia

Disebutkan bahwa dari 10 penyakit dengan kasus terbanyak per 100.000 penduduk di negara kita maka 4 di antaranya merupakan penyakit respirasi, antara lain Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia dengan 52,5 ribu kematian, dan asma dengan 27,6 ribu kematian.

Sebagai salah satu upaya pengendalian dampak buruk plastik maka pada “United Nations Environment Assembly (UNEA-5.2)” tanggal 2 Maret 2022 di Nairobi – Kenya telah diadopsi Resolusi Polusi Plastik (“Plastic Pollution Resolution”) yang secara spesifik membahas soal penanggulangan polusi plastik dalam satu siklus penuh, mulai dari sumbernya sampai ketika berakhir di laut, antara lain dengan merancang produk dan material yang bisa didaur ulang dan digunakan kembali.

Diproyeksikan perumusan rancangan perjanjian global yang mengikat secara hukum dengan target rampung di akhir tahun 2024.

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023

Dunia menghadapi berbagai masalah kesehatan yang memerlukan penanganan menyeluruh. Salah satu aspek yang sangat penting adalah kesehatan lingkungan. Untuk itu, sejak tahun 1972 PBB sudah menetapkan adanya Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau “World Environment Day (WED)” yang diperingati setiap tanggal 5 Juni.

Keputusan itu diambil pada Stockholm Conference on the Human Environment (5–16 June 1972) dan peringatan WED pertama dilakukan pada tahun 1973. Kala itu, temanya adalah “Only One Earth”.
Mulai sejak tahun 1973 hingga tahun 2023 ini, sudah banyak tema yang diusung guna menyadarkan masyarakat tentang pelestarian dan permasalahan lingkungan hidup.

Mengutip dari laman worldenvironmentday.global, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2023, berfokus pada solusi polusi plastik di bawah kampanye #BeatPlasticPollution.

Penutup

Sebagai penutup dapat disampaikan bahwa polusi plastik dan dampaknya akan merugikan kesehatan, ekonomi, dan juga lingkungan hidup. Untuk itu kita perlu solusi yang benar, efektif dan kuat serta tindakan nyata di lapangan. Marilah kita gunakan momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2023 agar dunia, negara kita, kalangan bisnis, serta kita semua lebih meningkatkan uoaya untuk menggunakan bahan secara lebih berkelanjutan.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian plastik serta mencegah terjadinya polusi plastik. Selain itu, segala upaya maksimal juga perlu kita lakukan untuk mencegah perburukan polusi udara di dunia, dan juga di negara kita.

Tidak ada pilihan lain, kita harus menjaga dan memelihara lingkungan hidup, demi kesehatan kita kini dan anak cucu di masa datang.

Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI)
Editor: Raja H. Napitupulu / Firda

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life