Home » Takut, Waspadai 4 Jenis Emosi yang Membuatmu Gampang Dimanipulasi Orang Lain

Takut, Waspadai 4 Jenis Emosi yang Membuatmu Gampang Dimanipulasi Orang Lain

by Maria Julie simbolon
3 minutes read

ESENSI.TV - MEDAN

Ada banyak kasus kriminal yang terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas emosinya. Pikiran dan tubuh seolah tidak sejalan sehingga perbuatan dan keputusan yang merugikan diri sendiri dan sekitar datang tanpa diundang.

Emosi menurut buku Moods, Emotion Episodes and Emotions berarti perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi juga merupakan reaksi terhadap seseorang, atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang, marah, takut, cemas, jengkel, jijik, bosan, kagum, dan sebagainya.

Banyak ahli yang percaya kalau emosi hanya perasaan sesaat yang akan segera berlalu atau hilang. Mereka berpendapat emosi lebih cepat berlalu dibandingkan suasana hati. Namun begitu, emosi bisa datang sangat intens seolah bisa mengambil alih pikiran, tindakan, keputusan dan tubuh. Sering kali seseorang tidak berdaya di hadapannya.

Semua emosi diatur di dalam sistem limbik di otak. Bagian ini hanya sebesar kacang walnut dan terletak di dalam batang otak tetapi pengaruhnya luar biasa besar untuk setiap individu. Emosi erat kaitannya dengan tingkah laku individu. Michelle Shiota di dalam buku Emotion mengungkapkan bahwa emosi dapat dikontrol  dengan proses dan strategi tertentu. Emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah yang dihadapinya.

Emosi penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan informasi yang penting mengenai dunia sekitar individu. Ketidakmampuan seseorang mengatur emosinya akan membuat individu bisa dimanipulasi oleh individu lain. Menurut dr. Jiemi Ardian, psikiater dan penulis buku Merawat Luka Batin, ada empat emosi yang membuat perasaan seseorang gampang dimanipulasi.

  1. Merasa Takut (Fear)

Rasa takut yang intens akan membuat seseorang merasa tidak bahagia dan tidak aman. Salah satu jenis emosi yang paling kuat adalah rasa takut. Di satu sisi, rasa takut, bila tidak berlebihan, dibutuhkan untuk melindungi seseorang. Perasaaan ini akan membuat seseorang waspada. Pada kondisi tertentu rasa takut yang datang adalah respons alami tubuh yang normal dan biasa terjadi. Namun bila rasa takut dalam porsi berlebihan individu bisa kehilangan kemampuannya berpikir rasional.

Misalkan dalam toxic relationship, seorang korban akan merasakan banyak ketakutan selama memiliki hubungan dengan pelaku. Korban akan merasa takut bila kehilangan pelaku. Korban juga merasa ragu dan tidak mampu membuat keputusan bila tidak seizin korban. Korban akan sering merasa tidak aman karena kekerasan dari pelaku bisa datang kapan saja. Korban menjadi sering bertanya kepada diri sendiri dan pelaku apakah sudah melakukan yang terbaik.

Baca Juga  Kenali dan Kendalikan Depresi Saat Bepergian Dengan Cara Ini

Perasaan intens yang  terus menerus muncul  ini akan membuat korban akan berpikir ingin memuaskan perasaan pelaku. Sering korban akan merasa sedih, kecewa dan bersalah sepanjang waktu. Padahal setiap individu berharga dan layak merasa aman.

  1. Merasa Bertanggungjawab Pada Banyak Hal (Obligation)

Sikap bertanggungjawab atas semua tindak tanduk yang dilakukan seseorang adalah hal yag baik dan perlu dimiliki setiap manusia dewasa. Seseorang yang memiliki sikap bertanggungjawab cenderung bisa dipercaya dan diandlalkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa jadinya bila seseorang merasa terlalu bertanggungjawab untuk segala hal? Pepatah mengatakan bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak baik.

Menurut penelitian, perasaan berlebihan ini akan membuat seseorang merasa bertanggungjawab atas perasaan orang lain di sekitarnya. Akibatnya dia akan sering mengedepankan kepentingan orang lain dibandingkan memikirkan kepentingan dan keselamatan dirinya. Akan timbul perasaan takut mengecewakan dan membuat sedih orang lain. Akibatnya dia akan rela mengorbankan banyak hal di bidupnya agar orang lain tidak merasa kecewa atau sedih. Lebih jauh emosi ini terbentuk karena ada perasaan tak berharga dan takut tidak dicintai oleh sekitarnya.

  1. Merasa Bersalah (Guilt)

Guilt Complex adalah kondisi yang membuat seseorang terus menerus dihantui rasa bersalah. Bahkan perasaan ini sudah muncul sebelum seseorang melakukan kesalahannya. Dalam jangka panjang hal ini akan membuat seseorang mengalami kecemasan berlebihan.

Contoh kasus, di dalam hubungan yang tidak sehat korban akan menjadi pribadi yang kurang percaya diri, dan begitu takut melakukan kesalahan yang akan membuat pelaku mengaku kecewa dan merasa marah. Sering kali korban ‘rela’ disakiti secara fisik, dan psikis untuk mengurangi rasa bersalah yang muncul. Korban akan terus menerus meminta maaf kepada pelaku dan sering dihantui rasa bersalah karena merasa belum melakukan yang terbaik untuk pelaku.

  1. Gampang Merasa Kasihan (Sympathy)

Rasa iba yang berlebihan bisa membuat seseorang mudah untuk dimanfaatkan. Banyak orang jahat yang memanfaatkan perasaan ini untuk keuntungan pribadinya. Jangan sampai rasa ibamu disalahgunakan untuk memanipulasi tindakanmu selanjutnya. Selalulah waspada dan mencari tahu lebih dalam bila ingin membantu orang lain yang benar-benar membutuhkan.

Keempat emosi ini biasa disingkat FOGS. Ketika kamu merasakan keempat perasaan ini secara bersamaan saat berinteraksi dengan orang lain maka waspadalah kalau kamu sedang dimanipulasi. Mintalah bantuan kepada profesional, konselor atau orang-orang yang kamu percayai untuk mencegah efek yang lebih buruk terjadi.*

 

Editor: Dimas Adi Putra

 

 

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life