Polusi udara terus berkecamuk di Jakarta dan sekitarnya. Dampak pada kesehatan sudah tampak pula. Penanganan yang paling tepat tentunya adalah mengidentifikasi faktor penyebab dan segera mengatasinya. Apapun dan bagaimanapun caranya yang jelas harus segera ada tindakan. Tentunya tindakan itu harus berdampak nyata tanpa perlu terlalu mengorbankan masyarakat.
Selain penanganan di hulu yang utama, maka masyarakat Jakarta dan sekitarnya sudah “terpaksa” menghirup udara kotor penuh polutan. Karena itu, selain di hulu maka perlu ada pelayanan di hilirnya. Tentang kesehatan masyarakat. Karena di Jakarta dan sekitarnya tersedia jaringan Puskesmas yang lengkap maka terdapat 7 langkah untuk dilaksanakan di Puskesmas.
Pertama. Sanitary kit yang ada di Puskesmas agar diaktifkan untuk menilai kualitas udara setempat. Jadi akan ada data polusi per Kecamatan dan bahkan per Kelurahan. Walaupun mungkin ada kualitas udaranya tidaklah lengkap sempurna.
Kedua. Kegiatan “PAL (practical approach on lung health)” yang di gagas WHO diaktifkan kembali. Karena akan amat berperan dalam deteksi, evaluasi, dan tindakan kesehatan paru di lapangan. Sepertinya Puskesmas di Jakarta dan sekitarnya sudah mengenal PAL. Tinggal mengaktifkannya saja.
Ketiga. Surveilan keluhan respirasi dan lain-lain (baik dalam gedung Puskesmas, di lapangan wilayah kerjanya, maupun oleh kader) perlu terus dijaga. Dan ada tindak lanjut segera jika memang data menunjukkan trend peningkatan. Di media sosial sekarang bahkan beredar tentang kemungkinan dampak polusi pada saluran cerna, atau mata, atau kulit dan lain-lain.
Ke empat. Promosi kesehatan atau KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) jelas-jelas harus di tingkatkan. Baik tentang berbagai kemungkinan dampak kesehatan maupun akses informasi polutan setempat bila memungkinkan.
Kelima. Untuk pasien-pasien penyakit kronik yang biasanya di tangani Puskesmas maka mereka di beri perhatian khusus. Kalau mungkin di kontak untuk tanya keadaannya, telemedisin, atau diminta datang ke Puskesmas. Atau dilakukan kunjungan rumah.
Keenam. Kalau ada peningkatan kasus ISPA dan lain-lain. Maka tentu Puskesmas memberi pengobatan yang baik. Bila perlu dilakukan rujukan ke RSUD DKI Jakarta atau RS lainnya di wilayah ini.
Ketujuh. Akan baik kalau di semua Puskesmas di Jakarta dan sekitarnya dibuat semacam “Pojok Polusi”. Ini dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang berbagai aspek polusi udara di wilayahnya.
Penulis: Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
Penasihat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Jakarta / Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca yang berlaku pada periode 17 -…
Menunda-nunda pekerjaan atau procrastination adalah masalah umum yang dapat menghambat produktivitas dan menyebabkan stres. Ada…
Dunia jurnalistik Indonesia kehilangan salah seorang tokoh terbaik di bidang pers dan perfilman nasional, Prof.…
Depresi berat telah menjadi masalah dari banyak orang di dunia. Menurut Healthline.com, sebanyak 5% orang…
PDI Perjuangan (PDIP) menyodorkan tiga nama kader terbaiknya untuk menjadi Cawagub Jatim mendampingi Khofifah Indar…
Perang Dunia Kedua memiliki dampak yang mendalam dan luas pada berbagai aspek kehidupan di seluruh…