Site icon Esensi TV

Target Pengurangan Kemiskinan Dunia Terancam Gagal, Biang Keroknya Covid-19 dan Perang Rusia-Ukraina

kemiskinan foto

Warga miskin di Afrika. Foto: Image by lachetas on Freepik

Selama tiga dekade hingga tahun 2019, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan terus berkurang. Namun, setelah itu trennya berbalik arah karena angka kemiskinan justeru bertambah.

Ini bisa menjadi ancaman yang menggagalkan target pemberantasan kemiskinan pada tahun 2030, seperti yang di sepakati dalam the Sustainable Development Goals Report (SDGs).

Satu dari 17 The Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah memberantas kemiskinan menjadi nol alias menghapus kemiskinan dari planet bumi.

Apa penyebabnya? Menurut Bank Dunia, jawabannya adalah pandemi Covid-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019, serta perang Rusia-Ukraina yang masih berlarut-larut.

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan adalah orang yang hidup dengan pengeluaran kurang dari USD2,15 per hari pada paritas daya beli 2017.

Akibat pandemi Covid-19 yang menginfeksi dunia, kelompok masyarakat miskin menanggung biaya pandemi yang paling tinggi. Mereka kehilangan pendapatan dua kali lipat dari orang terkaya di dunia.

“Pandemi juga menyebabkan kesenjangan ekonomi dan sosial global meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade,” tulis Bank Dunia dalam laporan perkembangan angka kemiskinan dunia berdasarkan angka survei akhir tahun 2022.

Masyarakat termiskin juga menghadapi kemunduran besar dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Jika kondisi ini dibiarkan, konsekuensinya bisa jangka panjang bagi prospek pendapatan mereka seumur hidup.

Tantangannya menjadi lebih berat dengan fakta bahwa kemiskinan ekstrem terkonsentrasi di belahan dunia yang paling sulit diberantas, yaitu di Afrika Sub-Sahara, di daerah yang terkena dampak konflik dan di daerah pedesaan.

Pada tahun 2015, angka kemiskinan dunia berada di posisi 10,1 persen. Kemudian, turun menjadi 8,6 persen pada tahun 2017. Turun lagi menjadi 8,3 persen tahun 2018.

Namun, angka kemiskinan naik menjadi 9,2 persen pada tahun 2020. Ini merupakan kenaikan tahunan pertama sejak tahun 1998.

Tahun 2022, dampak pandemi Covid-19 membalikkan kemajuan stabil pengentasan kemiskinan selama 25 tahun terakhir.

Perang Rusia-Ukraina

Setelah pandemi, pemulihan ekonomi juga tidak merata. Naiknya harga makanan dan energi, sebagian dipicu oleh perang di Ukraina dan oleh guncangan iklim serta konflik, telah menghambat pemulihan yang cepat.

Perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung setahun hingga hari ini sejak 24 Februari 2022 lalu.

Data Badan Hak Asasi Manusia PBB (the United Nations High Commissioner for Human Rights/ONHC) menyebutkan perang telah menewaskan sedikitnya 8.006 warga sipil Ukraina tewas dan 13.287 orang terluka.

Selain itu, banyak warga yang dilaporkan hilang dalam konflik di timur Ukraina. Sekitar 14 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka dan 18 juta orang hidup dalam kekurangan dan sangat mengharapkan bantuan.

Rumah dan fasilitas publik rusak dan hancur. Penduduk kekurangan listrik dan air selama musim dingin. Kondisi ini membawa korban perang masuk ke dalam garis kemiskinan.

PBB memperkirakan gabungan krisis akibat Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina akan menyebabkan tambahan 75 juta hingga 95 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2022, dibandingkan dengan proyeksi sebelum pandemi.

Sehingga, pada akhir tahun 2022, total sebanyak 685 juta orang masih bisa hidup dalam kemiskinan yang parah.

Kemudian, pada tahun 2030, bukannya berkurang, justeru diperkirakan sebanyak 574 juta orang atau hampir 7 persen dari populasi dunia, masih akan hidup dengan kurang dari USD2,15 sehari.

Target SDGs Tahun 2030

Target SDGs dibuat sebelum pandemi dan perang Rusia-Ukraina terjadi, sehingga kedua peristiwa ini sangat besar potensinya menggagalkan tujuan yang ingin dicapai tahun 2030.

Untuk mengatasi persoalan kemiskinan, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyepakati the Sustainable Development Goals Report (SDGs). SDGs sudah diadopsi sejak tahun 2015.

Program kerjanya juga sudah ditetapkan untuk mencapai target 15 tahun. Berikut target pengurangan kemiskinan yang diharapkan dapat dicapai dunia tahun 20300.

Pertama, mengurangi kemiskinan ekstrim pada tahun 2023 untuk semua orang di mana pun, sehingga tidak ada lagi yang hidup dengan pengeluaran di bawah USD1,25 per hari

Kedua, mengurangi setidaknya setengah dari proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari segala usia yang hidup dalam kemiskinan dalam segala dimensinya menurut definisi nasional

Ketiga, menerapkan sistem dan langkah-langkah perlindungan sosial yang tepat secara nasional untuk semua, termasuk lapisan bawah, dan pada tahun 2030 mencapai cakupan yang substansial bagi masyarakat miskin dan rentan

Keempat, memastikan bahwa semua laki-laki dan perempuan, khususnya yang miskin dan rentan, memiliki hak yang sama atas sumber daya ekonomi.

Membuka akses ke layanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk properti lainnya, warisan, sumber daya alam, yang sesuai teknologi baru dan layanan keuangan, termasuk keuangan mikro.

Kelima, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam situasi rentan serta kurangi keterpaparan dan kerentanan mereka terhadap peristiwa ekstrem terkait iklim serta guncangan dan bencana ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya

Keenam, memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan dari berbagai sumber, termasuk melalui peningkatan kerja sama pembangunan, untuk menyediakan sarana yang memadai dan dapat diprediksi bagi negara berkembang.

Pembangunan juga dilakukan pada negara kurang berkembang, untuk menerapkan program dan kebijakan untuk mengakhiri kemiskinan di semua dimensinya

Ketujuh, membuat kerangka kebijakan yang baik di tingkat nasional, regional dan internasional, berdasarkan strategi pembangunan yang berpihak pada kaum miskin dan peka gender.

Langkah ini untuk mendukung percepatan investasi dalam aksi pemberantasan kemiskinan. Namun, dengan dampak pandemi Covid-19 dan Perang Ukraina Rusia, akankah PBB akan merevisi targetnya untuk tahun 2030? *

Editor: Erna Sari Ulina Girsang

#beritaviral
#beritaterkini

Exit mobile version