Home » Transisi Energi Jadi Persyaratan Masyarakat Global dan Daya Saing

Transisi Energi Jadi Persyaratan Masyarakat Global dan Daya Saing

by Junita Ariani
2 minutes read
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

ESENSI.TV - JAKARTA

Transisi energi menuju energi bersih yang ramah lingkungan merupakan respon bangsa Indonesia terhadap masyarakat global.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, transisi energi juga bukan hanya permasalahan lingkungan saja. Namun, juga untuk menjaga daya saing produk dalam negeri dengan negara lain.

Menurutnya, pemanfaatan produk energi bersih, dalam proses produksinya akan menjadi sebuah persyaratan masyarakat global.

Dengan konsekuensi pajak lebih tinggi jika dalam proses produksinya menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi tinggi.

“Kita harus bisa juga bersaing dengan negara-negara lain untuk tetap menjaga market kita, misalkan di Eropa. Asia sekarang mulai menerapkan prinsip-prinsip energi bersih,” kata Dadan dalam siaran persnya, Sabtu (13/1/2024) di Jakarta.

“Jadi, tujuan besarnya kira-kira seperti itu, jangan dibalik. Justru kita mendorong kemanfaatan energi terbarukan, kita ingin meningkatkan daya saing kita,” sambungnya.

Pajak Tinggi

Dikatakan Dadan, beberapa negara dilaporkan sudah meminta pajak yang tinggi untuk produk-produk yang terbukti menggunakan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan.

Sebaliknya yang memiliki sertifikat penggunaan energi bersih untuk menghindari pajaknya.

Baca Juga  Meriahkan HUT ke-78 Kemerdekaan RI, Ratusan Pengusaha Muslimah Laksanakan Senam Sehat

“Saya dengar, Eropa itu akan mulai menerapkan carbon border tax-nya dua tahun lagi. Kan tidak lama, 2026 itu. Tidak lama untuk sebuah industri memastikan bahwa nanti akan bisa masuk ke sana,” ujarnya.

Misalnya lanjut Dadan, ada produk dari Indonesia, diekspor ke sana, ditanya. Maksudnya ditanya itu pasti ada sertifikasi, ada segala macam.

“Ini prosesnya menggunakan energinya seperti apa? Karbonnya seperti apa? Ketemu misalkan nih, untuk produknya kalau 1 ton menggunakan apa. Mengeluarkan emisinya sekian nanti. Ada batas-batasnya itu maksimumnya sekian,” terangnya.

Kalau terlewati kata dia, boleh produknya masuk tapi kasih pajak tambahan. Sehingga barang yang diproduksi bertambah harganya.

Dengan ilustrasi di atas, kata Dadan, tentu saja harga produk yang dalam prosesnya menggunakan energi dengan emisi tinggi akan lebih mahal harganya. Dibanding produk sama namun menggunakan energi ramah lingkungan dalam proses produksinya.

“Karena perbedaan besaran pajak emisinya,” tutup Dadan. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life