Home » Virus Demam Babi Afrika Merebak, Pemerintah Didesak Gencarkan Edukasi

Virus Demam Babi Afrika Merebak, Pemerintah Didesak Gencarkan Edukasi

by Junita Ariani
1 minutes read
babi

ESENSI.TV - JAKARTA

Pemerintah didesak agar menggencarkan edukasi terkait African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika. Sebab masih banyak masyarakat yang belum mengetahui virus tersebut.

“Edukasi masih belum banyak dilakukan pemerintah. Padahal kasus yang terjadi di Luwu Timur dan daerah lain telah menyebabkan belasan ribu ternak babi mati,” kata Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher.

Menurut Netty, virus ASF belum ditemukan menular ke manusia. Namun sangat menular pada babi hingga dapat menyebabkab kematian 100 persen pada komunitas ternak yang terjangkiti.

“Virus dapat bertahan lama pada babi yang sudah mati atau di lingkungan. Ternak sehat yang memakan sisa-sisa makanan bercampur daging babi terinfeksi ASF akan langsung terpapar,” ujar Netty.

Kejadian di Luwu Timur di mana belasan ribu ternak babi mati setelah diberi sisa makanan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat belum paham ciri-ciri daging yang terinfeksi.

“Ciri-ciri daging terinfeksi, gejala ternak yang terpapar dan bagaimana penanganan awal yang cepat harus disosialisasikan pemerintah. Terutama pada masyarakat di daerah dengan tingkat konsumsi daging babi tinggi,” ujar Netty.

Baca Juga  Sektor Pariwisata Diminta Antisipasi Merebaknya Covid-19 dari Singapura dan Malaysia

Netty juga meminta Kementerian terkait agar saling bersinergi dan berkoordinasi guna memperbaiki tata kelola kesehatan hewan di Indonesia.

“Imbas ekonomi virus ASF ini cukup besar karena dapat menghentikan ekspor babi. Contohnya Singapura yang langsung menyetop impor babi dari Indonesia setelah ditemukan virus ASF pada babi di Pulau Bulan,” ucapnya.

Temuan virus ASF ini kata dia, sangat memprihatinkan mengingat Pulau Bulan, sebelumnya sudah ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF.

Penetapan itu berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian tahun 2021.

“Jadi, jangan anggap enteng kalau kita tidak ingin kecolongan lagi,” lanjut Netty, dala keterangan tertulisnya, Kamis (18/5/2023), di Jakarta.

Netty meminta kasus tersebut jadi momentum perbaikan tata kelola kesehatan pada hewan di Indonesia.

“Jangan sampai kelalaian kita menyebabkan potensi peternakan kita sebagai penyumbang pendapatan negara terganggu,” jelas Netty. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life