Home » Waralaba Starbucks Dunia Lesu Akibat Boikot Massal

Waralaba Starbucks Dunia Lesu Akibat Boikot Massal

by Addinda Zen
2 minutes read
Dampak Boikot Starbucks

ESENSI.TV - JAKARTA

Starbucks menjadi salah satu merk yang terkena boikot selama perang Israel-Hamas berlangsung.

Alshaya Group, waralaba Starbucks di Timur Tengah mulai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sekitar 2.000 pekerja, Selasa (5/3) kemarin. Pemecatan masif ini dilakukan di lokasi mereka di Timur Tengah dan Afrika Utara. Melalui pernyataan, mereka menyebut, ini merupakan kondisi yang menantang selama 6 bulan terakhir.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di gerai Starbucks MENA kami,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari New York Post.

Alshaya telah menjalankan sekitar 1.900 cabang Starbucks di Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Lebanon, Maroko, Oman, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Alshaya Group merupakan perusahaan swasta yang memegang hak waralaba untuk banyak perusahaan Barat, seperti The Cheesecake Factory, H&M, dan Shake Shack. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 19.000 staf. Mereka disebut akan memberikan “dukungan yang mereka butuhkan” kepada karyawan yang terkena dampak dan keluarga mereka.

Starbucks Malaysia

Tidak hanya di Timur Tengah, waralaba Starbucks di Malaysia, Berjaya Food Berhad juga turut merasakan akibat boikot besar-besaran ini.

Baca Juga  Miliarder Hermès Coba Adopsi Tukang Kebunnya Untuk Wariskan Harta Rp169,8 Triliun

Berjaya Food Berhad merupakan perusahaan Malaysia yang mengoperasikan jaringan restoran dan kafe di Asia Tenggara. Dikutip dari New York Times, bulan lalu perusahaan ini melaporkan penurunan penjualan kuartalan sebesae 38%. Saham perusahaan pun anjlok lebih dari 20% sejak awal Oktober.

Vincent Tan, selaku pendiri Berjaya Food Berhad meminta pelanggan di Malaysia untuk berhenti memboikot Starbucks. Ia mengeaskan bahwa Starbucks Malaysia adalah milik Malaysia dan tidak mempekerjakan satupun orang asing.

“Saya pikir semua orang yang memboikot Starbucks Malaysia harus tahu bahwa itu adalah perusahaan milik Malaysia. Kami bahkan tidak memiliki satu orang asing pun yang bekerja di kantor pusat. Di toko-toko, 80 hingga 85 persen karyawannya adalah Muslim. Boikot ini tidak menguntungkan siapa pun.” ujar Vincent Tan.

Melalui situs web, Starbucks Malaysia juga menyampaikan mereka tidak memiliki agenda politik dan tidak menggunakan keuntungan untuk mendanai operasi pemerintah atau militer. Selain itu, ditegaskan juga bahwa mereka telah mengakhiri kemitraan di Israel pada 2003 silam.

Secara global, Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunan karena perang Israel-Hamas merugikan bisnis pemegang lisensinya di Timur Tengah.

 

 

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life