Indonesia dinilai tangguh menghadapi tekanan dari ekonomi global dengan membukukan pertumbuhan ekonomi yang relatif terkendali.
Padahal, hampir semua negara sedang menghadapi tekanan pandemi Covid-19, ditambah dengan perlambatan ekonomi global.
Kedua kondisi ini menyebabkan ketidakpastian geopolitik terus membayangi dan mengancam perekonomian di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
“Meskipun ada tekanan pandemi Covid-19, ditambah perlambatan ekonomi global, Indonesia tangguh menghadapinya dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif terkendali,” jelas Teuku Riefky, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, pekan lalu.
Dalam Seri Analisis Makroekonomi Indonesia Economic Outlook Q1 2023, dia menjelaskan kekuatan ekonomi Indonesia, antara lain ditopang tingginya harga komoditas.
Kenaikan harga komoditas mendukung pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi pada penerimaan fiskal, mengingat sebagian besar ekspor Indonesia adalah komoditas.
Penerimaan negara dari sumber daya alam dan pajak ekspor juga naik tahun 2022. Sebagian besar pajak ekspor berasal dari sumber daya alam.
Sedangkan dari sisi peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan belanja subsidi yang tumbuh 4,43% yoy.
Subsidi diberikan untuk menjaga ketersediaan barang bersubsidi yang terjangkau di tengah kenaikan harga komoditas.
Pemerintah Indonesia menetapkan target pendapatan dan belanja negara masing-masing sebesar Rp2.266,2 triliun dan Rp3.106,4 triliun dalam APBN tahun 2022.
Realisasi anggaran tahun 2022 melebihi target total penerimaan sebesar 15,9%, terutama pada komponen penerimaan pajak penghasilan dan komoditas.
Sementara itu, realisasi belanja lebih rendah sekitar 0,5% dari target yang ditetapkan Pemerintah Indonesia.
Durian runtuh yang didapat dari produk komoditas juga telah membantu Pemerintah Indonesia membalikkan defisit fiskal.
Defisit anggaran diyakini dapat turun ke bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) sejalan dengan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, pada postur APBN 2023, penerimaan negara ditargetkan mencapai Rp2.463 triliun.
Di sisi penerimaan, target penerimaan diproyeksikan lebih rendah sebesar 7% dibandingkan realisasi penerimaan tahun 2022.
Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi harga komoditas, menunjukkan bahwa masih relatif tingginya ketergantungan penerimaan negara terhadap tren harga komoditas.*
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu
#berita viral @#beritaterkini
PEMBANGUNAN Tol Semarang - Demak sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) diharapkan dapat semakin…
KOPI Indonesia masih menjadi pusat perhatian di hari ketiga penyelenggaraan Melbourne International Coffee Expo (MICE)…
MENTERI Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengaku setuju Sitem Pemilu dilakukan redesigning atau desain ulang.…
UNIVERSITAS Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ikut dalam pameran pendidikan bertajuk Go Global UTokyo Study Abroad…
Pemain Ganda Putra Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri lolos ke 16 besar usai mengalahkan pasangan Malaysia…
SETARA Institute menyatakan, Rancangan Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (RUU Penyiaran) yang…