Home » Wow! Jumlah Investor Pasar Modal Tumbuh 1.000 Persen dalam Lima Tahun Terakhir

Wow! Jumlah Investor Pasar Modal Tumbuh 1.000 Persen dalam Lima Tahun Terakhir

by Junita Ariani
2 minutes read

ESENSI.TV - JAKARTA

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, sejak 2017, jumlah investor pasar modal tumbuh 1.000% atau menjadi 10,3 juta investor.

Dari jumlah tersebut, investor domestik mendominasi dengan persentase sekitar 55%.

“Jika dihitung lebih lanjut, kontribusi dari investor kategori generasi milenial dan Z adalah 58,7%,” kata Ketua OJK Mahendra Siregar.

Hal itu disampaikannya, pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023).

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2022 juga positif. Itu tercermin dari kenaikan empat persen pada saat penutupan perdagangan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Begitu juga dengan aktivitas perdagangan tahun 2022. Di mana frekuensi transaksi harian meningkat signifikan mencapai 1,31 juta kali dan merupakan yang terbesar di ASEAN.

Kapitalisasi pasar modal Indonesia pada tahun 2022 tercatat mencapai 50% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia atau mencapai angka USD600 miliar atau sekitar Rp9.500 triliun.

“Di sepanjang tahun 2022, ada 59 perusahaan yang menerbitkan saham perdananya (IPO) di lantai bursa,” kata Mahendra dikutip dari antaranews.com.

Kinerja Terbaik

Dari berbagai data yang ditampilkan, kata Mahendra, kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 merupakan yang terbaik dibandingkan negara-negara ASEAN dan Asia secara umum.

Baca Juga  BPKP dan Dewan Pengawas Susun Strategi Pengawasan Penyaluran KUR 2023

“Kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 justru bertahan dan cenderung menunjukkan kinerja yang sangat positif. Bahkan terbaik dibandingkan negara-negara di ASEAN dan Asia secara umum,” katanya.

Pencapaian tersebut kata dia, sangat positif terlebih lagi di tengah suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa pada 30 Desember 2022, yang dinilai brutal oleh salah satu media keuangan internasional.

Bursa saham Eropa turun secara brutal akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi dan kebijakan moneter yang ketat.

Indeks Eropa turun 12% yang artinya terburuk sejak 2018 bahkan lebih buruk dari pandemi pada 2020-2021.

Disampaikan juga bahwa Euro Zone di tahun baru masuk ke zona kelesuan yang berat. Bahkan Bank of England (BoE) mengatakan bahwa ekonomi Inggris akan masuk ke dalam resesi yang berkepanjangan.

“Ini jauh berbeda dengan suasana yang kita alami pada saat ini. Jadi itu suasana yang mencekam di Eropa. Dalam konteks itu kita patut bersyukur,” tegasnya. *

 

Editor: Raja H. Napitupulu

You may also like

Copyright © 2022 Esensi News. All Rights Reserved

The Essence of Life